Tuesday, April 27, 2021

PDIP dan PKS.

 





Sejak saya masuk dalam bisnis portfolio asset, saya terbiasa menggunakan data riset. Data risetpun harus bersumber dari lembaga yang punya reputasi. Reputasipun bukan sekedar nama besar tapi ada survey yang membuktikan bahwa lembaga tersebut punyat trust dengan skor diatas 95%. Mengapa? dunia portfolio itu penuh dengan rumor dan bisik bisik. Semua yang dekat maupun jauh, sama saja. Tidak bisa dipercaya 100%. Bahkan bukti chart trend market yang bombamdis tidak boleh memancing kita membuat keputusan mengikuti trend pasar, kecuali itu ada data riset mendukung. Jadi karena itu saya tidak pernah didikte oleh pasar.  Selalu aman dari predator dibalik program too good to be true.


Sejak diperkenalkan adanya metode survey dalam menilai tingkat elektabilitas partai maupun partisipan, dan dibolehkan oleh UU untuk  melibatkan lembaga survey melakukan quick count PEMILU.  Maka lembaga survey benar benar bukan hanya sekedar pemantau tetapi juga jadi alat demokrasi bagi rakyat dalam menyikapi fenomena politik dan bersikap karena itu. Bagi partai pun, hasil survey dijadikan dasar mereka membuat kebijakan dan keputusan politik. Jadi dengan adanya metode suvery berdasarkan prinsip akademis yang ketat, pemilu tak ubahnya dengan bursa. Orang bego beli karena rumor, orang cerdas beli karena data. Sampai di sini paham ya.


Nah, saya ingin menganalisa keberadaan PKS dalam pemilu 2024.  Saya menggunakan data survey. Bukan berdasarkan katanya katanya. Lembaga Survey yang saya pilih adalah Kompas. Mengapa ? Tingkat kepercayaan survei 95 persen dengan margin of error 2,83 persen. Jadi cukup ya sebagai sumber data. Baik lanjut ya.


Berdasarkan data survey elektabilitas partai pada januari 2021, yang diumumkan bulan februari,  hasilnya adalah PKS berada pada posisi 4 besar, setelah PDIP, Gerindra, PKB.   Bagaimana pemilih berdasarkan segmentasi. Kita lihat minat pemiliih muda yang merupakan mayoritas pemilih dan kritis.  Berdasarkan Survey bulan maret 2021 dari Lembaga Indikator Indonesia, PKS masuk empat besar, setelah Geridra, PDIP, Golkar. Semetara , Nasdem, PPP, PAN, PSI, dan lainnya jauh tertinggal.


Berdasarkan data tersebut diatas, wajar saja kalau PDIP undang DPP PKS ke markasnya. Untuk diskusi.  Karena berdasarkan data, PKS adalah partai yang masuk 4 besar. Jauh lebih besar dari Golkar atau  Nasdem atau Demokrat, bahkan partai lainya. PKS hanya selisih 0,2 % dari PKB. Artinya PKB yang didukung NU elektabilitasnya hanya berselisih dibawah 1% dengan PKS. Wajarlah kalau PDIP sebagai partai pemenang pemilu lebih utamakan bicara dengan PKS  yang masuk 4 besar. Partai lain? engga penting amat sih.


***

Sejak era SBY, PKS dan PDIP ditingkat elitenya tidak pernah duduk satu meja. Kecuali akar rumputnya. Pertemuan mereka hari ini (27/4/2021), memang luar dari biasa. Ini kali pertama. Apa agendanya kalau dua partai bertemu? Soal pemilu tentunya. Mungkin anda mengira bahwa PKS akan mengusung Anies ? No. Anies tidak pernah jadi kader PKS. Ingat,  dia diusung Gerindra dalam Pilkada DKI. PKS tidak mungkin lagi berkoaliasi dengan Gerindra dalam Pemilu 2024. Anies tidak mungkin dicalonkan Gerindra. Anies kemungkinan dicalonkan koalisi partai NASDEM dan Golkar bersama Demokrat. Namun tanpa PKS, koalisi itu tidak punya buldozer di garis depan. Bisa saja, PDIP dekati PKS agar engga ikut koaliasi mereka dan amankan pilihan PDIP.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.