Tuesday, January 12, 2021

Amanah Soekarno kepada Megawati.

 



Pada ulang tahu PDIP kemarin, Megawati dengan menangis mengingatkan pesan Soekarno, ayahnya “ Bapak yang telah menempa saya sejak kecil, untuk hidup di jalan pengabdian kepada Tanah Air dan bangsa. Bapak mengatakan, 'Saya memohon kepada Allah Subhanahu Wataala, tetapkanlah kecintaanku kepada Tanah Air dan bangsa, selalu menyala-nyala di dalam saya punya dada, sampai terbawa masuk ke dalam kubur saat Allah memanggilku pulang “ tuturnya***


Saya membaca hampir semua buku tulisan Soekarno. Dari semua tulisan Soekarno itu membuat saya kagum. Mengapa ? Dari sejak muda Soekarno sudah punya strategi memerdekakan negeri ini. Dia memilih jalan perjuangan kaum terpelajar dengan mendirikan Partai Perserikatan Indonesia pada taggal 4 juli 1927, yang kemudian berganti nama Partai Nasional Indonesia. Pada saat itu usia Soekarno belum 30 tahun. Ini strategi hebat. Karena Soekarno membaca sejarah kekuasaan kesultanan Islam yang  ada di nusantara ini.  Mereka terbukti gagal mengusir Belanda. Itu karena Belanda ciptakan intrik politik lewat suap di ring 1 Sultan. Sehingga antar pengeran, antar kesultanan mudah diadu domba oleh Belanda.


Kunci mengalahkan Belanda itu adalah politik persatuan. Kurang setahun PNI berdiri, pada 28 Oktober 1928 kaum bangsawan memelopori lahirnya Sumpah Pemuda yang dihadiri oleh perewakilan di seluruh daerah. Saat itulah diperkenalkan nama Indonesia. Bahasa, bangsa, tanah air indonesia. Ini angin segar bagi Soekarno untuk memuluskan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Maklum kaum bangsawan itu punya pengaruh besar kepada kesultanan. Tentu tidak sulit menanamkan paham nasionalisme kepada sultan. Maka lambat namun pasti perubahan politik kekuasaan terjadi.


Namun agar momentum perubahan itu terjaga. Soekarno juga membangun kekuatan akar rumput dari kaum non bangsawan. Melalui Partai Komunis dan Sosialis, yang merupakan kekuasan bawah tanah, Soekarno mendapatkan dukungan politik. Dari kaum agamawan terutama Islam, Soekarno juga menjalin hubungan dan mendapatkan dukungan. Strategi itu akhirnya dibaca oleh Belanda. Soekarno ditawan dan dikucilkan dari komunitasnya.Tetapi Belanda lupa. Loyalitas kaum pergerakan itu bukan karena Soekarno tetapi karena visi nasionalismenya. Jadi ada atau tidak ada Soekarno, perjuangan tidak berhenti.


Ketika Jepang masuk dan Belanda terusir dari Indonesia. Kesempatan ini dimanfaatkan Soekarno untuk menutup lembaran sistem kesultanan islam. Itu sebabnya Soekarno memilih berkolaborasi dengan Jepang. Lewat kekuasaan Jepang selama 2,5 tahun, praktis kaum bangsawan berada bersama sama rakyat jelata. Tidak ada lagi jarak. Kekejaman Jepang itu adalah perekat perbedaan diantara anak bangsa. Menjelang kekalahan Jepang dalam perang Pasific, Soekarno mendesak agar jepang memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Saat itu pihak Jepang bertanya. Apakah Soekarno akan mendirikan kerajaan atau republik. Soekarno memilih Republik.


Namun sebelum kemerdekaan didapat. Jepang kalah dengan sekutu pimpinan AS. Otomatis wilayah taklukan Jepang akan menjadi milik sekutu. Soekarno berpacu dengan waktu. Kalau sampai pasukan Sekutu termasuk didalamnya Belanda datan dan Indonesia belum merdeka, itu sama saja mengembalikan Indonesia ke Belanda. Di saat kosong legitimasi kekuasaan itu, para pejuang mendesak Soekarno agar memprolamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun Seokarno smart. Dia tidak ingin kemerdekaan itu tanpa dukungan dari kesultanan yang ada di nusantara ini. Maklum kekuasaan kesultanan itu dalam hukum Belanda masih sah. 


Itu sebabnya Soekarno berprinsip bahwa proklamasi kemerdekaan hanya akan dilakukan setelah ada keputusan dari BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.) Mengapa? Di dalam BPUPKI itu ada wakil dari kesultanan dan semua kekuatan golongan. Kalau mereka setuju proklamasi berserta teks nya maka kemerdekaan itu sah secara hukum. Walau para delegasi tidak mau teken draft Proklamasi, itu tidak mengurangi legitimasi. Selanjutnya adalah perjuangan revolusi mempertahankan kemerdekaan. Namun karena palsafah negara Indonesia adalah Pancasila yang bernapaskan politik persatuan. Bibit konplik dengan idiologi lain yaitu Komunis dan Darul islam tidak bisa dihindari. Itu sudah nampak dalam sidang BPUPKI dan PPKI.


Nah ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan tujuan melucuti senjata Jepang yang kalah perang. Pasukan sekutu seharusnya minta izin kepada pemerintah republik Indoesia yang baru berdiri. Namun Belanda yang ikut dalam pasukan sekutu menganggap pemerintah Indonesia tidak ada. Secara politik tindakan Belanda pada agresi militer 1 dan 2 dianggap melanggar hukum international. Sehingga memaksa negara lain meminta Belanda menyelesaikannya lewat perundingan diplomasi.  Perjanjian Linggarjati pada 1946, perjanjian Renville pada 1948, dan perjanjian Roem-Royen pada 1949. Itu adalah buah perjuangan diplomasi. Namun Belanda selalu tidak komit


Belanda meragukan kekuasaan yuridis RI. Karena secara de facto RI tidak dapat dukungan dari rakyat. Itu dibuktikan Belanda dengan merebut Jogya sebagai ibukota dan Soekarno ditangkap.  Namun akhirnya Tentara bersama rakyat berhasil merebut Yogya sehingga delegasi Indonesia berhak bersuara dalam Konprensi Meja Bundar (KMB). Pada KMB itulah kemerdekaan Indonesia dapat pengakuan international. Itu pada tahun Desember 1949. Jadi butuh 4 tahun lebih sejak proklamasi 1945 kita baru bisa diakui sebagai negara berdaulat. Itupun dengan korban harta dan nyawa tak terbilang.


Dari sejarah itu, lengkaplah alasan saya mengagumi Soekarno. Saya membayangkan, andaikan Soekarno tidak konsisten dengan politik persatuan, Indonesia tidak akan merdeka. Tidak akan ada perjuangan rakyat semesta. Antara tiga kekuatan politik seperti Islam, Nasionalis, Komunis akan dibenturkan oleh Belanda dalam politik adu domba. Itu sudah diterapkan Belanda dengan hanya mengakui RIS ( Republik Indonesia Serikat ). Ini model khilafah. Tetapi akhirnya dibubarkan dan kembali ke NKRI. Kunci politik persatuan itu ada pada Pancasila. Itulah yang sangat konsisten diperjuangkah oleh Megawati di PDIP sebagaimana  amanah dari ayahnya, Soekarno.


Selamat  ulang tahun kepada PDIP. 

Merdeka!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.