Ahmad Yani dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI ), mengungkapkan, ia dan beberapa tokoh akan mendeklarasikan pembentukan Partai Masyumi reborn. Deklarasi ini diadakan di Gedung Dewan Dakwah, Jakarta Pusat pada Sabtu, 7 November 2020. Tokoh nasional yang bergabung diantaranya adalah Ridwan Saidi, Kiai Abdul Rosyid Syafei, dan mantan Menteri Kehutanan MS Kaban, Abdullah Hehamahua (mantan penasihat KPK), Fuad Amasari (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia/ICMI), Bachtiar Chamsyah dan tokoh lainnya. Partai Masyumi reborn berharap Amis Rais bergabung, namun Pak Amin sudah buat partai baru setelah hengkang dari PAN. Juga berharap Muhammad Rizieq Shihab dan FPI ikut bergabung. Partai Masyumi juga berharap Ustad Abdul Somad, bisa bergabung sebagai Anggota Majelis Syuro.
Saya tidak tahu apakah Partai Masyumi reborn ini sama dengan Partai Masyumi yang pernah menjadi partai besar di Indonesia era Soekarno. Namun mereka menyebut ini Masyumi Reborn. Itu hak mereka. Apakah mereka bisa menjadikan partai yang mereka dirikan itu akan sebesar Masyumi yang asli. Itu soal lain. Karena Partai Masyumi yang dulu pernah hebat, lahir dari tokoh islam yang memang negarawan sejati. Walau Partai Masyumi membawa bendera Islam, idiologi islam, namun mereka adalah pejuang NKRI. Di saat tokoh Masyumi jadi Perdana Menteri Muhammad Natsir, bangsa indonesia membuat keputusan berani yaitu membubarkan Indonesia serikat (RIS) menjadi NKRI.
Mengapa saya katakan tokoh Masyumi yang ada dulu itu adalah negarawa sejati? mereka pribadi yang hebat, cerdas dan humble. Mereka sangat toleran dengan golongan agama dan idiologi lain. Dalam buku, “ Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan: Sebuah Refleksi Sejarah (2009)”, betapa seorang Natsir atau Prawoto Mangkusasmito begitu dekat dengan Ignatius Joseph Kasimo, Herman Johannes, Albert Mangaratus Tambunan, atau Johannes Leimena, baik pada masa revolusi kemerdekaan maupun sesudahnya. Atau antara Burhanuddin Harahap dengan Ida Anak Agung Gde Agung yang Hindu. Kasimo bahkan bersama tokoh Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) mencoba melawan sistem politik otoritarian Soekarno pada era demokrasi terpimpin (1959-1966).
Tokoh Partai Masyumi, Mohammad Natsir dan KH. Isa Ansyari. Dua orang ini paling keras berhadapan dengan Aidit ( PKI) ketika dalam rapat konstituate. Rapat membuat UUD yang baru untuk mengganti UUD45. Mereka saling serang. Bahkan Natsir sempat dalam sidang akan melempar korsi ke Aidit. Namun sampai sidang usai mereka baik baik saja. Bahkan Aidit membuatkan kopi untuk Natsir. Maklum Natsir lebih tua dan berasal dari Minang Kabau. Ibu Aidit juga berasal dari Minang. Isya Ansyari bahkan dalam rapat menyebut PKI kafir karena menolak Syariat islam. Tapi dalam keseharian antara Aidit dan Isya Ansyari sangat dekat. Malah mengajak Aidit dan Nyoto makan sate setelah rapat. Kalau Aidit ke Sukabumi, ia menginap di rumah Kiai Ansyari.
Setelah peristiwa G30 S PKI, tokoh PKI banyak yang di penjara. Namun tidak menghalangi tokoh Masyumi memberikan bantuan kepada keluarga PKI. Dari harta yang ada mereka memberikan bantuan sembako kepada keluarga ex PKI. Itu bukan sehari tetapi bertahun tahun sampai mereka di lepas dari penjara Pulau Buru. Bahkan Hamka tokoh Masyumi, menganggap Putri dari Pramudya Anata Tour sebagai anaknya sendiri dan mendidik calon suaminya yang Tionghoa belajar islam. Semua tahu Pram adalah seniman dan tokoh PKI. Apa alasan Pram? "Masalah paham kami tetap berbeda, saya ingin putri saya yang muslimah harus bersuami dengan laki-laki seiman. Saya lebih mantap mengirim calon menantu saya belajar agama Islam dan masuk Islam kepada Hamka,?" tutur Pram seperti dikutip dalam buku Ayah, karya Irfan Hamka.
Tokoh islam dulu terutama dari NU dan Masyumi adalah mereka yang juga bapak pendiri bangsa. Mereka sangat mencintai Indonesia. Walau mereka berjuang untuk menerapkan syariah islam, itu bukan berarti menjadikan indonesia dalam sistem khilafah. Mereka hanya ingin piagam jakarta itu ditaati, Di mana Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila pertama Pancasila harus sesuai dengan syariat islam bagi pemeluk islam. Itu saja. Yang lainnya mereka bisa menerima dan berdamai dalam bingkai NKRI.
Saya berharap kepada tokoh dibalik pembentukan partai Masyumi reborn, agar jangan berharap nama besar Masyumi bisa menjadikan partai mereka akan besar. Ingat! Besarnya Masyumi dulu karena tokohnya memang orang besar. Nah apakah ada diantara kalian orang besar ? Pejuang solidaritas dan toleransi?. Kasus politik sekterian dan kebencian terhadap Ahok karena dia nonpri dan kristen sangat sulit hilang dalam ingatan orang banyak. Saya rasa kalian terlalu pede menyamakan diri kalian seperti tokoh Masyumi. Rakyat terlalu cerdas untuk tahu..
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.