Memasuki 'tahun politik 2018', elektabilitas Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus menguat. Bahkan lembaga survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyebut hingga detik ini belum ada lawan yang seimbang untuk Jokowi di pilpres 2019. Dalam survei SMRC, elektabilitas Jokowi berada di peringkat pertama top of mind responden dengan 38,9%. Disusul Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan 10,5% dan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 1,4%. Jokowi juga unggul dalam survei capres dengan pilihan semi terbuka (jumlah nama kandidat dibatasi) dengan 53,9%. Untuk Prabowo Subianto hanya naik sedikit ke angka 18,5%. Nah dari data itu apa yang mungkin terjadi ?
Kemungkinan besar PS tidak akan mencalonkan diri sebagai capres. Tetapi dia akan jadi King maker. Tentu deal ini dengan pihak sponsor kuat dalam hal logistik. Jadi siapa capres ? Perhatikan issue yang dilontar secara serentak oleh kubu Gerindra , PKS walau iramanya beda namun lagunya sama. Gerindra mendengungkan perlunya pemimpin seperti Putin yang keras dan berani. Dan ini diperkuat oleh PS yang mendengungkan soal ketimpangan GINi yang mengancam keutuhan NKRI dan karenanya perlu pemimpin keras dan jujur. Dan di barisan libero ada PKS yang mendengungkan asal bukan Jokowi. Kita dapat simpulkan arah jargon berupa sinyal itu kepada Gatot Nurmantyo, mantan panglima TNI. Tentu pada pasangannya adalah tokoh Islam muda. Nah ini ada dua kemungkinan Anies atau TGB.
Walau elektabilitas Gatot dan pasangannya rendah namun kasus pilgub dki bisa saja terulang dalam Pilpres 2019. Anies - Sandi yang rendah elektabilitas nya bisa meroket dalam waktu singkat dan akhirnya unggul dalam pilgub. Kalau Gatot tampil bersama pasangannya yang Islam acceptable maka apapun issue dan janji yang diangkat mereka akan sangat mudah mendapatkan kepercayaan dari rakyat. Apalagi Gatot sudah punya Share terhadap Umat Islam dalam aksi 411 dan 212. Ditambah lagi bila wakilnya mendapat dukungan kiyai dan habit. Belum lagi dukungan dari konsultan politik ES yang memang piawai memetakan kekuatan lawan untuk menentukan strategi yng jitu menjebol pertahanan lawan.
Nah bagaimana cara Jokowi bisa memenangkan pertarungan ini? PDIP harus mampu merebut hati PD dan PAN serta meyakinkan PKB tetap berada dibarisan Jokowi. Kalau dengan ketiga partai ini PDIP tidak bisa membangun koalisi maka pertarungan Pilpres akan jadi to be Or not to be bagi ketiga partai itu yang semua tahu mereka menguasai sayab ormas Islam yang mlitan dan ini akan dimanfaatkan dengan piawai oleh PKS untuk memastikan asal bukan Jokowi. Kita semua tahu bahwa Jokowi tampil disituasi yang tidak tepat dimana situasi ekonomi dunia sedang lesu dan Jokowi sedang focus melakukan recovery ekonomi akibat kesalahan masa lalu. Ini akan sangat mudah dijadikan bulan bulanan lawanya dengan mengusung soal ketimpangan GINI, utang negara, dan harga barang yang naik. Data soal itu valid.
Bagaimana cara kita mendukung Jokowi melalui sosial media ? Kita harus focus meng counter serangan cyber yang menyudutkan Jokowi dengan narasi yang mudah dipahami orang awam dan tetap santun tanpa terpancing mengolok ngolok tokoh Islam atau lawan politik Jokowi. Yakinlah bahwa satu satunya yang bisa kita lakukan adalah menyampaikan kebenaran niat dan kinerja Jokowi dengan data. Hasil salah satu lembaga survey menyebutkan bahwa pemilih Jokowi umumnya mereka yang berpendidikan rendah, dan mereka kelompok yang renta di provokasi soal apa saja, apalagi soal agama. Kita harus terus menjadikan Jokowi sebagai pilihan cerdas tanpa terkesan kita meng cluster Jokowi dari pendukungnya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.