Sunday, July 23, 2017

Amin Rais...



Pengantar 
Saya mulai memperhatikan Amin Rais sebagai tokoh nasional ketika dia ikut dalam pemilihan ketua Umum PP Muhammadiyah. Saat itu banyak tokoh Muhammadiyah yang lebih senior dari dia. Ketika itu AR mencoba mengangkat wacana agar pengurus Muhammadiah digaji seperti ormas lainnya. Tapi peserta muktamar secara kuorum menolak keras. Alasannya prinsip Muhammadiah dalam berjuang tetap mengikuti semangat KH. Ahmad Dahlan. Bahwa hidup hidupkanlah Muhammadiah tapi jangan mencari hidup di Muhammadiah. Tapi muktamar Muhammadiyah di Aceh tahun 1995 pada akhirnya memilih  Amin Rais sebagai ketua umum. Sejak itu keberadaannya sebagai pimpinan ormas terbesar kedua di Indonesia semakin di perhitungkan dalam kancah perpolitikan nasional.

Belakangan saya dengar kabar bahwa ada intervensi Soeharto dalam muktamar yang berpesan agar AR sebagai ketua umum. Mengapa ? Karena saat itu AR adalah tokoh intelektual Islam yang mendukung pendirian ICMI yang digagas oleh Soeharto. Sementara Gus Dur jelas menolak keberadaan ICMI. Alasannya karena ICMI akan menggembosi Islam tradisional untuk kepentingan penguasa. Jadi dengan hadirnya Muhammadiyah dibawah pimpinan AR sebagai pendukung ICMI maka legitimasi moral pemerintah Soeharto menghadirkan ICMI di panggung nasional semakin kokoh. Ketika itu PDIP dibawah Megawati sedang di zolimi oleh Orde Baru namun tak nampak Amin Rais membela. Arus kekuatan akar rumput PDIP terus bergerak dibawah tanah melawan rezim Soeharto. Banyak kader PDIP yang diculik oleh Militer.

Langkah Awal bermain.
Keadaan perpolitikan semakin memanas dan seperti bola salju dengan mulai retaknya kekompakan TNI mendukung rezim Soeharto. Hal ini disebabkan praktek KKN semakin massive dan permissive ketika itu. TNI menilai Soehato tidak lagi berada dijalur benar sesuai amanah rakyat. Itu terjadi di tahun 1996. AR membaca situasi ini dengan baik dan mulai angkat bicara berseberangan dengan Soeharto dan mencapai puncaknya ketika terjadi badai moneter akibat serangan George sorros melalui hedge fund nya tahun 1997. Ekonomi oleng. AR semakin yakin bisa menjatuhkan Soeharto apalagi beberapa petinggi militer dan Golkar melihat AR bisa mempersatukan kekuatan Islam agar proses suksesi dapat berlangsung lembut. Benarlah. Berkat loby AR, Gus Dur dan tokoh islam lainnya siap mengawal suksesi itu. Mekanisme nya di setujui oleh Pak Harto dengan hadirnya tokoh Islam di istana.

Tapi entah mengapa mekanisme itu terlupakan. Ini tidak lepas dari peran Golkar yang tidak ingin proses suksesi seperti skenario Pak Harto melalui kekuatan barisan Islam. Akibatnya suhu politik semakin memanas dan memuncak di tahun 1998 dengan keterlibatan aksi Mahasiswa yang dimanfaatkan secara cantik oleh AR diatas panggung politik nasional. AR menjadi icon pejuang reformasi. Tapi sesungguhnya Gerakan Mahasiswa tidak semuanya percaya dengan AR. Ketika itu ada dua gerakan Mahasiwa yaitu Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Se-Jakarta (FKSMJ) dan Forum Kota. Demo akbar itu sebetulnya tidak lah datang mendadak. Forum kota yang telah bergerak sebelum puncak demo dengan tidak sedikit anggotanya di bui dan diculik tetap menolak AR diatas panggung. Mereka bilang AR memotong di tikungan.

Soeharto Jatuh.
Meski begitu, mahasiswa tetap bersatu menyuarakan tuntutan yang sama: lengserkan Soeharto. Aksi mahasiswa mencapai momentumnya pada 18 Mei 1998, ketika ribuan mahasiswa mengepung Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Sudah bisa ditebak bahwa Soeharto jatuh sesuai kompromi politik antara Golkar dan ABRI. Gerakan mahasiswa hanya gendang mengiringi tarian para politisi. Yang naik adalah Habibie yang dikawal penuh oleh ABRI dibawah Wiranto.AR hanya dimanfaatkan saja. Tidak ada perubahan rezim. Yang berganti hanya Presiden. Mahasiswa kembali ke kampus setelah Soeharto jatuh. Tapi forum kota yang pro PDIP terus melanjutkan perjuangan melawan rezim Habibie sebagai kelanjutan rezim Orba.

Bubarnya barisan Islam. 
Sementara tokoh reformasi sibuk membentuk partai untuk ikut dalam pemilu berikutnya merebut kekuasaan secara demokratis konsitusional. Saya sempat mendengar cerita dari tokoh NU yang belakangan jadi pendiri PD, pernah ada kesepakatan dari semua ormas dan tokoh Islam untuk menghidupkan kembali Partai Masyumi ( gabungan NU dan Muhammadiah dan ormas Islam Lainnya). Ini digagas oleh Yusril. Sempat kesepakatan itu tercapai bulat. Bahkan demi gagasan itu Yusril siap mundur sebagai ketua Umum PBB ( Partai Bulan Bintang) asalkan AR bersedia memimpin gerakan Islam dengan menjadikan PBB sebagai reinkarnasi Partai Masyumi untuk menguasai panggung politik nasional.

Tapi apa yang terjadi kemudian ? Hanya beberapa Jam setelah kesepakatan itu dibuat, AR muncul di TV dengan rencananya mendirikan Partai Amanat Nasional ( PAN). Alasan yang dibuatnya " baju saya kebesaran untuk memimpin PBB. "Bisa dibayangkan bagaimana kecewanya ormas dan tokoh Islam ketika itu. Momentum bersatunya kekuatan Islam bangkit di panggung nasional hancur begitu saja. Akibatnya ormas Islam masing masing mendirikan partai. Bahkan muhammadiyah sebagai basis massa AR punya dua matahari kembar. NU juga mendirikan partai bukan hanya PKB tapi ada yang lain. Barisan Islam pecah dan dengan mudah kalah di pemilu 1999. PDIP unggul sebagai pemenang Pemilu. Andaikan gagasan tokoh islam menghidupkan kembali Partai masyumi tidak di bajak AR, kemungkinan besar Partai Masyumi bisa menang dan mungkin sampai sekarang Partai Masyumi tetap yang terbesar. Sehingga perannya sangat significant dalam perpolitikan Indonesia.

Menjegal megawati dan Menelingkung Gus Dur.
TNI dan Golkar tak ingin PDIP tampil di panggung kekuasaan. Maklum karena PDIP adalah musuh Orba. Karena itu kembali AR dimanfaatkan untuk menggalang koalisi partai Islam di MPR guna menghadang Megawati jadi Presiden. Dan sukses dengan unggulnya Poros Tengah dalam voting memilih Gus Dur sebagai Presiden dan Megawati sebagai wakil. Amin Rais sebagai ketua MPR. Namun apakah itu selesai? Tidak. Kembali AR bersama Golkar menggoyang kekuasaan Gus Dur dengan meng-impeach Gus Dur lewat pendapat MA dan keputusan rapat pleno MPR. Gus Dur jatuh. Publik hanya tahu Gus Dur jatuh karena kasus Bulog gate tapi sesungguhnya karena dia menuntut Personal Guarantee atas BLBI yang diterima oleh konglomerat hitam. Dan ini membuat berang konglomerat hitam yang sebagian besar terkoneksi dengan Golkar. Megawati naik mengganti Gus Dur sebagai Presiden. Namun sebagai ketua MPR, AR mengeluarkan tap MPR yang berkaitan dengan penyelesaian BLBI. Alasanya sebagai kelanjutan dari kebijakan Pak Harto. Dan ini secara konstitusi harus dilaksanakan oleh Megawati.

Ambisi Jadi Presiden.
Tahun 2004 Pemilu diadakan. Berkat dukungan pembiayaan dari Sutrisno Bachir dan kawan kawan, AR maju sebagai Capres dengan mengusung wakil Siswono. Namun dengan mudah AR kalah dalam putaran pertama dan yang unggul adalah SBY- JK. Mengapa ? bisa ditebak karena basis massa nya di Muhammadiyah digembosi oleh adanya matahari kembar. Setahun setelah itu hasil Munas PAN, AR mundur sebagai ketua PAN digantikan oleh sahabatnya yang banyak membantu secara financial perjuangan mendirikan PAN, Sutrisno Bachir. Namun setelah itu AR tetap tidak Happy dengan terpilihnya SBY sebagai Presiden. Dia paling vokal soal kasus century. Namun entah mengapa dapat diredam oleh Hatta Rajasa yang dekat dengan SBY. Saat itu sikap AR sudah mulai melunak. Tentu membuat Sutrisno Bachir kecewa, apalagi dia gagal menjadi capres. Benarlah, tahun 2010 , Sutrino Bachir tersingkir sebagai ketua Umum PAN digantikan oleh Hatta Rajasa yang mendapat dukungan financial dari SBY. Dan AR setuju PAN berkoalisi permanen dengan PD mendukung kepemimpinan SBY.

Pemilu 2014 , Sutrisno Bachir bergabung ke kubu Jokowi menjadi Tim sukses. Mengapa Sutrisno Bachir tidak mendukung PS-Hatta Rajasa ? Mungkin Sutrisno Bachir lebih tahu siapa itu Hatta Rajasa dan siapa itu Amin Rais. Setelah Hatta Rajasa gagal dalam pileg, perseteruan dengan AR semakin terbuka terutama ketika PAN main mata dengan Koalisi Indonesia hebat. Dan memuncak dengan tersingkirnya Hatta Rajasa sebagai ketua umum PAN dalam munas 2015 dan digantikan oleh Zulkifli Hasan.

Kesimpulan.
1. Walau PAN didirikan dengan niat mulia namun dalam prakteknya lebih pragmatis. Diantara pendiri dan pengurus tidak punya visi yang sama. Terbukti perseteruan selalu terjadi sehingga bila awalnya banyak kader hebat hebat belakangan satu persatu hengkang.
2. Amin Rais bertanggung jawab hilangnya momentum bersatunya barisan Islam disaat sejarah memberikan peluang untuk bersatu merebut Panggung politik nasional. Sampai kini menimbulkan luka sejarah bagi NU. Makanya NU tidak akan pernah percaya dengan manuver AR. 
3. Bila sampai kini, AR tetap tidak suka dengan Jokowi bukan karena alasan idiologi tapi lebih hanya ingin menarik perhatian lawan Politik PDIP agar memberinya panggung untuk bermain politik. Juga kebencianya kepada PDIP tidak bisa dipisahkan dari koneksinya dengan ex rezim ORBA.
4. Dukungan selama pemerintahan SBY periode kedua, tidak sekalipun AR vokal , bahkan tidak nyinyir atas sikap SBY membuat MOU dengan Freeport padahal sudah ada UU Minerba. Tentu ini tidak gratis. 
5. Di era Jokowi, aksi bela islam 411, 212 sebagian besar adalah massa dibawah binaan Bachtiar Nasir yang juga DPP Muhammdiyah dan AR adalah aktor dibalik itu semua. AR mengecam Jokowi tunduk dengan asing padahal Amandemen UUD 45 sangat kental dengan pro asing. Ketika itu AR sebagai ketua MPR. Dan Jokowi berhasil mengembalikan hak rakyat lewat keputusan tentang Freeport, migas dan lain lain.
6. Kita Tidak tahu apa sebetulnya yang hendak dituju oleh AR. Apakah memperjuangkan Islam? juga tidak. Apakah memperjuangkan keadilan, juga tidak. Jadi apa ? biarlah itu urusan dia dengan Tuhan. Semoga dia sehat selalu dan khusnul khotimah





2 comments:

  1. Luar biasa ulasan pak EB , semoga sejarah mencatat tulisan ini dan bisa dikenang dan jadi pelajaran bagi generasi NU dan Muhammadiyah seterusnya ; mari kita tidak berperasangka terhadap Amin Rais, dan biarkan dia menjadi tua dan tetap dikenang sebagai tokoh baik atau pun buruk

    ReplyDelete
  2. menelikung adalah jiwa yg mengakar di kehidupan politik kita. Habibi dihianati golkar,gusdur(PKB) menelikung (PDIP)Megawati,Megawati(PDIP) menelikung Gusdur,SBY menelikung Megawati,PDIP menelikung Gerindra(Prabowo)rekan koalisinya yg paling setia.Ahok menelikung Gerindra(partai yn membesarkannya.silahkan pilih partai mana yg paling bisa dipercaya.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.