Sunday, April 30, 2017

Katakanlah dengan bunga...

Katakanlah cinta dengan bunga. Mengapa harus dengan bunga? Bunga itu wadah untuk serangga melakukan pernyebukan. Penyerbukan, atau polinasi (dari bahasa Inggris, pollination cf. pollen, "serbuk sari"), adalah jatuhnya serbuk sari pada permukaan putik. Pada sebagian besar bunga, peristiwa ini berarti "jatuh pada bagian kepala putik". Penyerbukan merupakan bagian penting dari proses reproduksi tumbuhan berbiji. Penyerbukan yang sukses akan diikuti segera dengan tumbuhnya buluh serbuk yang memasuki saluran putik menuju bakal biji. Di bakal biji terjadi peristiwa penting berikutnya, pembuahan. Dari adanya buah, maka makhluk bisa mendapatkan vitamin. Karena vitamin tidak semua bisa di hasilkan oleh tubuh tapi didatangkan dari luar. Tanpa vitamin tidak akan terjadi proses regenerasi sel, tubuh akan lemah dan mati.

Jadi bunga adalah lambang cinta dan diatas itu adalah pengorbanan untuk terjadinya matarantai kehidupan,Definisi cinta bukanlah meminta tapi memberi, bahkan berkorban untuk itu. Mereka yang memberikan karangan Bunga kepada Ahok, adalah ungkap cinta kepada seorang Ahok yang telah menjadi martil bagi agendanya untuk jakarta yang lebih baik pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Bagi mereka , Ahok adalah seorang suami yang setia, ayah yang baik dan sahabat yang menyenangkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Andaikan Ahok kalah tanpa ada issue agama, mungkin mereka tidak akan sebegitu besar perhatiannya kepada Ahok. Tapi bagi pendukungnya , baik yang muslim dan nonmulim, melihat dari sisi lain atas kekalahannya, dengan meyakinkan kepada Ahok bahwa dia tidak sendirian…

Harga karangan bunga dengan ukuran besar itu, tidak mungkin seharga dibawah Rp 1 juta. Dan engga mungkin dibeli oleh mereka yang menerima KJP dan KJS atau RUSUN. Mereka yang mengungkapkan cinta dengan bunga itu adalah mereka yang secara ekonomi sudah mapan dan tidak ada kaitannya dengan program sosial Ahok. Namun mereka punya hati nurani dan ingin Jakarta dibangun secara modern agar orang miskin terangkat dan orang kaya mendapatkan lingkungan kota yang nyaman, setidaknya tidak malu dengan kota kota hebat didunia yang pernah mereka kunjungi. Mereka umumnya bisa menerima kekalahan Ahok sebagai konsekwensi dari sebuah proses demokrasi.

Karena tidak semua rakyat bisa berterimakasih dengan apa yang di capai Ahok, mereka ingin lebih baik dari apa yang bisa di lakukan Ahok dan sekaligus mengamini tokoh agama yang menjadi panutan mereka bahwa memilih pemimpin muslim itu lebih baik. Makanya adalah wajar bila sebagian besar Rakyat DKI yang umumnya kalangan miskin ingin Anies yang jadi Gubernur. Keyakinan itu bukan tanpa dasar. Team sukses Anies dengan begitu terstruktur , akademis, utopis , populis mampu meyakinkan mereka dan di sampikan secara sistematis, bahkan masjid pun di pakai untuk sarana menyampaikan program unggulan Aneis. Jadi Ahok kalah ya kalah dan harus di akui bahwa ada mayoritas berharap ada yang lebih baik dari Ahok. Jadi itu wajar saja dalam sistem demokrasi.

Bagi yang memilih Ahok, yang umumnya memang tidak ada urusan dengan program sosial Ahok, mereka tidak mudah terpegaruh dengan jargon populis pihak Anies. Ini juga tidak salah. Karena stigma selama ini yang mereka tahu jakarta jadi big village yang kumuh karena pemimpin sebelumnya engga kerja. APBD triliunan terealisir 100% namun yang dirasakan tidak significant seperti yang di lakukan Ahok walau APBD tidak sampai 100% tapi mereka bisa merasakannya. Semua sudah terjadi. Saya yakin pendukung Ahok bisa move on dan mereka tidak akan menjadi haters Anies _Sandi seperti halnya para haters Jokowi. Mereka orang sibuk yang mapan secara ekonomi dan akan menggunakan waktu senggangnya melakukan postingan cerdas malalui sarkas tanpa harus keluar kata kata nama kebun binatang atau hate speak. Kalau Anies memang terbukti lebih baik dari Ahok maka merekapun akan mencintai Anies. Karena sebetulnya mereka pencinta kebaikan. Dan definisi cinta mereka kepada Ahok seperti ungkapan orang bijak " cinta itu adalah keikhlasan melepaskan sesuatu yang pada waktu bersamaan sangat membutuhkannya..."

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.