My dear, saya berharap kamu baik
baik saja. Saya merindukan kebersamaan kita beberapa tahun lalu. Ingatkah kamu ketika kita habiskan malam di Caracas, Las Mercedes. Kota yang tak pernah tidur. Kita
pergi ke restoran, nonton film , pergi
ke Bar dan berakhir ke night club. Mentertawakan pria China yang gagal menggoda
wanita latin berbokong besar. Sepertinya sosialisme tidak
applicable dalam hubungan asmara, ya kan. Kini kehidupan malam di
Caracas telah berubah banyak. Kamu tidak akan menemukan keceriaan di semua
tempat di Caracas. Pada malam hari, rasa takut merasuk. Setelah jam 8 malam,
jalan-jalan sepi, seakan berlaku jam malam. Dan itu untuk alasan yang baik: Ada
3.946 kasus pembunuhan yang tercatat pada tahun 2015, mewakili tingkat 119,87
kematian per 100.000 penduduk. Caracas menjadi kota dengan tingkat pembunuhan
tertinggi di dunia. Wajah malam kelam karena listrik di jatah hidupnya. Wajah
murung di ujung malam dalam antrian di depan apotik mengharapkan jatah obat
yang terbatas, dan di depan swalayan yang malas melayani karena stok tidak
tersedia cukup. Harga melambung sampai 7 kali lipat. Kehidupan sehari hari
penuh curiga dan awas. Caracas tidak lagi menawarkan kesenangan dengan banyak
pilihan. Semua karena pemerintah salah urus perekonomian.
Kamu ingat kan La Quinta Bar
tempat kita menghabiskan malam dengan live music salsa, kini hanya buka tiga
hari dalam seminggu. Pengunjung sepi kecuali orang China yang masih suka datang
karena merindukan wanita berbokong besar. Kami merindukan semua yang hilang
itu. Kemana janji kemakmuran sosialis?. Kemana janji Negara menguasai semua dan
di distribusikan kepada rakyat?. Penguasa sosialis memanjakan rakyat dengan
subsidi , menaikan gaji berlipat kepada pegawai. Rakyat terlena akan program kemakmuran palsu ini. Mungkin tadinya kami tidak pernah
berpikir akan jadi begini. Tapi sebetulnya sudah dapat di tebak karena mana
mungkin kita mempercayakan kemakmuran dengan penguasaan sumber daya di tangan
pemerintah. Saya ingat dulu kamu bilang bahwa kemakmuran itu harus datang dari
upaya kemandirian rakyat. Pemerintah tidak boleh mengintervensi pasar hanya
untuk mengendalikan harga. Sekali harga di kendalikan maka itu akan menimbulkan
paradox, sehingga orang malas berkompetisi. Sekali semangat kompetisi menurun
maka kreatifitas hilang dan kekuatan bangsa melemah. Benarlah adanya. Ingat
dulu ketika Hugo Chavez terpilih kembali
pada tahun 2006, ia mengambil alih sektor peternakan, supermarket, bank,
telekomunikasi, perusahaan listrik, perusahaan minyak dan layanan dan
perusahaan manufaktur yang memproduksi botol, baja, semen, kopi, yoghurt,
deterjen dan bahkan kaca. Produktivitas menurun tajam di semua sector.
Benar katamu my dear. Venezuela
mendapatkan berkah kemelimpahan MIGAS dengan cadangan terbesar di dunia. Ini
berkah tapi juga kutukan. Kami hidup dalam euphoria sosialisme. Semua serba mudah mengurus Negara
karena Migas selalu ada untuk memanjakan rakyat. Tapi kemanjaan demi kemanjaan
yang datang dari migas ini membuat kami menjadi lemah secara budaya dan
ekonomi, dan sosialisme memberian ruang elite mengambil banyak dan memberi
sedikit kepada rakyat. Kami terlena akan semua kepalsuan dari jargon bahwa
tidak perlu bayar pajak, dan orang boleh kerja apa adanya dengan UMR perbulan sama
dengan 3 bulan UMR Indonesia. Apa hasilnya kini? Ketika harga minyak jatuh yang
tidak dapat lagi menutupi ongkos produksi, kami kelaparan di dalam lumbung
padi. Negara yang telah menasionalisasi PMA tidak mampu lagi mencetak laba
untuk mengongkosi rakyat yang tak pernah mandiri, dan hutang yang di gali untuk
mempercepat kemakmuran tapi nyatanya menjebak kami gagal bayar. Kepercayaan
keuangan international runtuh. Kami mulai kembali hidup keabad terbelakang
dalam mengurus ekonomi : mencetak uang dan menjual cadangan emas. Apa yang
terjadi? Nilai uang terjun bebas hingga 98%. Inflasi meningkat 700% dan
masa depan tidak ada harapan lagi.. Setidaknya
ada satu hikmah betapa buruknya bergantung pada impor. Memang untuk mencapai
tujuan sosial, lebih baik menggunakan pasar daripada menekannya. Maka, mematok
harga komoditas pangan, bukan jalan keluar. Lebih penting mengelola harga pasar
agar mendorong produktivitas dan daya saing ekonomi rakyat.
Kini dalam kesendirian di
apartment kecil , dengan penerangan listrik yang dijatah. Aku merindukan
kebersamaan dulu pernah kita alami. Oh ya aku ingat ketika suatu pagi kita
berjalan ke pasar di kota kecil di China.
Aku melihat seorang ibu bersama bayinya di punggung mendorong kereta
dagangannya di tengah cuaca winter. Wanita itu nampak lelah namun wajahnya ada
harapan. Kamu bilang “ Wanita itu hidup dalam semangat sosialisme yang di koreksi dengan menggunakan budaya China , semangat kemandirian dan Negara menjaga passion itu lewat kebijakan pasar yang terbuka. Kompetisi terbangun dan Negara menjami keadilan dalam berkompetisi ". Sosialis komunis China belajar dari kegagalan revolusi kebudayaan, di mana semua orang di jamin dengan Negara menguasai sumber daya. Apa
hasilnya? puluhan juta orang mati
kelaparan di lahan pertanian dan tambang. Pelajaran itu sangat mahal. Tapi di china para elitenya dapat berdamai ketika harus berubah dengan mengkoreksi komunisme. Tapi My dear, di sini ketika krisis terjadi, mereka bukannya bersatu
mencari solusi malah para oposisi sibuk mencari kambing hitam dan memprovokasi
terjadinya kakacauan. Penjarahan toko terjadi dengan wajah garang. Kemarahan tidak seharusnya terjadi karena kami cinta damai. Agama kami mengajarkan itu.
Rakyat bodoh karena mereka malas.
Sangat mudah di provokasi dengan janji para oportunis politik, namun tidak menawarkan sesuatu yang
baru. Mereka hanya mengulang retorika sosialisme yang akan menjamin kemakmuran
dengan sumber daya alam tanpa harus bayar pajak. Semua akan mudah dan setiap
malam tetap bisa pesta dansa dansi di iringi live music. Sayang sekali, banyak orang tidak
menyadari bahwa pesta itu sudah usai! Kedepan, tidak akan ada kemakmuran karena
MIGAS. Kami seharusnya seperti apa yang di canangkan oleh presiden kamu,
berubah. Akankah ada pemimpin yang
berani bersikap seperti presiden kamu yang tidak takut kehilang citra
karena memenggal anggaran dan subsidi serta mendorong terjadinya proses
kemandirian lewat kebijakan yang revolusioner di bidang anggaran dan
perpajakan? Yang di butuhkan Venezuela adalah keberanian elite pempimpin untuk
berkata jujur kepada rakyat bahwa kemakmuran itu hanya mungkin terjadi bila
rakyat mampu mandiri dengan political will pemerintah memberikan peluang dan kebebasan berkompetisi bagi semua orang, yang mau kerja keras…
Caracas
Amy
Caracas
Amy
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.