Sunday, July 17, 2016

Erdogan seharusnya meniru Jokowi..

Teman saya pernah bilang bahwa asset bangsa Turkey yang sangat luar biasa adalah Muhammad Fethullah Gülen. Ia bukan hanya tokoh nasional tapi tokoh dunia. Pada 2008 Majalah paling populer di Amerika, Foreign Policy Magazine bahkan menobatkannya sebagai orang nomor satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Pendidikan dasarnya dimulai sejak ia tinggal di daerah asalnya Erzurum. Sejak belia ia sudah menghafal al Qur’an dan belajar Ilmu Agama di sejumlah Madrasah. karier pertamanya sebagai seorang da’i bahkan telah dimulai sejak usianya 14 tahun. Ia juga secara autodidak mempelajari berbagai disiplin ilmu lain terutama Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial seperti fisika, kimia, biologi, geografi, filsafat, juga kesusastraan Timur dan Barat. Kearifannya dalam bersikap khususnya perspektif nya terhadap Islam telah menimbulkan inspirasi hebat. Ia mengenalkan islam dengan Cinta. Gülen bermahzab Islam Sunni-Hanafi yang moderat, mirip dengan pengajarannya Said Nursi. Gülen mengutuk terorisme, mendukung dialog lintas-agama, dan memprakarsai dialog semacam itu dengan Vatikan dan beberapa organisasi Yahudi. Ia hanya ingin Islam di maknai sebagai rahmatan lilalamin. Namun dia tetap konsisten dengan konservatif nya ber-agama bahwa dia mendukung wanita menggunakan hijab dan menyarankan agar memberikan porsi lebih besar pendidikan agama khususnya akhlak dalam  kurikulum sekolah. Komunitas yang mengikuti ajarannya di sebut dengan Kelompok Gulen” atau “Gerakan Hizmet”. Kelompok Gulen mendirikan  sekolah-sekolah bukan hanya di Turkey tapi di seluruh dunia.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Fethullah Gulen sebagai dalang aksi percobaan kudeta militer yang terjadi di Turki. Erdogan dan Kementerian Keadilan Turki sempat melansir bahwa tentara yang terlibat upaya kudeta merupakan pengikut ulama yang sempat menjadi sekutu dekat Erdogan tersebut. Erdogan pun berjanji akan memulangkan Gulen dari Pennsylvania, Amerika Serikat, untuk diadili di Turki.  Saya tidak tahu bagaimana sampai Erdogan sampai begitu bersikap kepada seorang Gulen yang berusaha berdakwah kepada siapapun dengan cara damai. Kalaupun sampai ada kalangan militer terpengaruh dengan Gulen itu karena para perwira menilai aspirasi  mereka tidak di dengar. Mereka bisa menerima Islam namun bukan Islam yang di maksud oleh partai Erdogan. Mereka terpengaruh dengan islam yang di kenalkan oleh Gulen. Apalagi tidak semua UUD Turkey keluar dari paham Sekular. Karena banyak UU yang di ajukan oleh Erdogan di tolak DPR.  Koalisi yang tadinya mendukung ada yang mulai gerah dan tidak seratus persen mendukung agenda Erdogan yang ingin syariah islam di laksanakan secara kaffah,  seperti era Kejayaan Dinasti Ottoman.

Erdogan seyogianya belajar dari Jokowi bagaimana bersikap dengan orang yang berbeda paham. Selagi gerakan perbedaan itu bersifat pemikiran maka biarkan saja. Lihat bagaimana sikap Jokowi terhadap ormas islam yang menanamkan pemikiran perlunya khilafah islam berdiri di bumi pertiwi. Bagaimana orang yang terus membully nya di sosmed, bahkan atas nama pemikiran agama mereka tidak sungkan men fitnah pribadi Jokowi. Jokowi hadapi dengan tenang. Tanpa ada perintah agar sosmed di ban seperti di Turkey. Tanpa ada perintah menangkap mereka. Karena pada akhirnya semua orang punya kebebasan menilai. Mana yang baik dan mana yang buruk. Inilah nilai demokrasi. Yang penting jaga dan pastikan tidak ada paham yang menimbulkan tindakan anarkis atau tindakan terror. Karena bagaimanapun tindakan teror dan anarkis adalah  tindakan kriminal. Bangsa besar bukan karena pemaksaan tapi dialogh. Biarkan media memberitakan apa saja. Ada yang pro maka pasti ada yang kontra. Dari keadaan ini kecerdasan bangsa terasah , persatuan semakin kokoh , untuk sampai pada titik tak tergoyahkan oleh ancaman pihak luar yang ingin mengadu domba. Proses ini harus terus di jaga oleh Erdogan sebagaimana kini Jokowi lakukan terhadap mereka yang berbeda.

Dalam politik luar negeri Erdogan melakukan acrobat. Dia melakukan rekonsiliasi dengan Israel sesuai agenda AS untuk kemerdekaan Palestina dengan prinsip mengakui Israel sebagai Negara. Ini tentu di tentang oleh ormas di Turkey yang tadi setia mendukungnya dalam hal penyelesaiaan Pelastina khsusnya blokade Gaza. Namun paska rekonsiliasi dengan Israel tidak nampak keseriusan Israel untuk memeuhi syarat yang di ajukan Turkey. Di samping itu, Erdogan merasa tidak mendapatkan bantuan berarti dari AS cs ketika di landa krisis ekonomi. Belum lagi AS lebih mendukung pemikiran Gulen tentang islam membangun komunitas. Karenanya bukan rahasia umum bila ada kecenderungan Erdogan main mata dengan Rusia dan China untuk mengikuti langkah Iran dan Suriah dalam kebijakan regional nya. Seharusnya Erdogan meniru Jokowi bagaimana melakukan politik bebas aktif. China dan Rusia di rangkul tapi kepentingan nasional diatas segala galanya. AS dan sekutunya termasuk Jepang di temani tanpa ada hak eklusifitas. Soal Pelastina ,ikuti saja sikap PBB agar bermain aman. Namun kerjasama ekonomi dengan Israel tetap jalin selagi menguntungkan Turkey. Soal Suriah tetaplah netral. 

Dari keadaan ini , pihak yang berbeda ajak berdialogh secara intensip dengan semangat ukhuah islamiah.Tidak usah dipaksa mereka harus segera paham tapi ikuti aja proses dengan sabar, Insya Allah kalau Allah berkehendak untuk menjadikan  Turkey sebagai Negara Islam yang menjadi obor  bagi syiar Islam akan mudah sekali. Tapi kalau perbedaan di sikapi dengan amarah dan kekerasan maka rahmat Allah akan menjauh dan itu akan menjatuhkan reputasi Erdogan di mata international dan lambat namun pasti Erdogan akan meredub dengan sendirinya , bisa karena masalah ekonomi yang tak tuntas dibenahi karena konplik internal yang di motori oleh proxy AS dan China ( dan Rusia),atau menyeret Turkey menjadi wilayah konplik baru sehingga harga minyak melambung karena pipa minyak dan Gas ke Eropa pasti terganggu. Tentu yang untung TNC minyak…

1 comment:

  1. apa di era jokowi tidak ada penangkapan karena tuduhan makar padahal mereka senjata saja tidak punya,apa diera jokowi tidak ada penangkapan karena tersinggung pada kritikan yg bertubi-tubi di medsos padahal nyata di mata kita.apa diera jokowi demonstran yg menentang pemerintah di datangi dan diajak dialogue.kita lihat saja hasil di era turkey dibawah Erdogan dengan Indonesia di Era Jokowi.
    mohon bijaksana & Objetif saat membuat opini, Bang.(saya geleng2 kepala)

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.