Teman saya pernah bilang bahwa
asset bangsa Turkey yang sangat luar biasa adalah Muhammad Fethullah Gülen. Ia
bukan hanya tokoh nasional tapi tokoh dunia. Pada 2008 Majalah paling populer
di Amerika, Foreign Policy Magazine bahkan menobatkannya sebagai orang nomor
satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Pendidikan dasarnya dimulai
sejak ia tinggal di daerah asalnya Erzurum. Sejak belia ia sudah menghafal al
Qur’an dan belajar Ilmu Agama di sejumlah Madrasah. karier pertamanya sebagai
seorang da’i bahkan telah dimulai sejak usianya 14 tahun. Ia juga secara
autodidak mempelajari berbagai disiplin ilmu lain terutama Ilmu Pengetahuan
Alam dan Sosial seperti fisika, kimia, biologi, geografi, filsafat, juga
kesusastraan Timur dan Barat. Kearifannya dalam bersikap khususnya perspektif
nya terhadap Islam telah menimbulkan inspirasi hebat. Ia mengenalkan islam
dengan Cinta. Gülen bermahzab Islam Sunni-Hanafi yang moderat,
mirip dengan pengajarannya Said Nursi. Gülen mengutuk terorisme, mendukung
dialog lintas-agama, dan memprakarsai dialog semacam itu dengan Vatikan dan
beberapa organisasi Yahudi. Ia hanya ingin Islam di maknai sebagai rahmatan
lilalamin. Namun dia tetap konsisten dengan konservatif nya ber-agama bahwa dia
mendukung wanita menggunakan hijab dan menyarankan agar memberikan porsi lebih
besar pendidikan agama khususnya akhlak dalam
kurikulum sekolah. Komunitas yang mengikuti ajarannya di sebut dengan Kelompok
Gulen” atau “Gerakan Hizmet”. Kelompok Gulen mendirikan sekolah-sekolah bukan hanya di Turkey tapi di seluruh dunia.
Presiden Turki Recep Tayyip
Erdogan menuding Fethullah Gulen sebagai dalang aksi percobaan kudeta militer yang
terjadi di Turki. Erdogan dan Kementerian Keadilan Turki sempat melansir bahwa
tentara yang terlibat upaya kudeta merupakan pengikut ulama yang sempat menjadi
sekutu dekat Erdogan tersebut. Erdogan pun berjanji akan memulangkan Gulen dari
Pennsylvania, Amerika Serikat, untuk diadili di Turki. Saya tidak tahu bagaimana sampai Erdogan
sampai begitu bersikap kepada seorang Gulen yang berusaha berdakwah kepada
siapapun dengan cara damai. Kalaupun sampai ada kalangan militer terpengaruh dengan Gulen itu
karena para perwira menilai aspirasi
mereka tidak di dengar. Mereka bisa menerima Islam namun bukan Islam
yang di maksud oleh partai Erdogan. Mereka terpengaruh dengan islam yang di
kenalkan oleh Gulen. Apalagi tidak semua UUD Turkey keluar dari paham Sekular. Karena
banyak UU yang di ajukan oleh Erdogan di tolak DPR. Koalisi yang tadinya mendukung ada yang
mulai gerah dan tidak seratus persen mendukung agenda Erdogan yang ingin syariah islam di laksanakan secara kaffah, seperti era Kejayaan Dinasti Ottoman.
Erdogan seyogianya belajar dari
Jokowi bagaimana bersikap dengan orang yang berbeda paham. Selagi gerakan
perbedaan itu bersifat pemikiran maka biarkan saja. Lihat bagaimana sikap
Jokowi terhadap ormas islam yang menanamkan pemikiran perlunya khilafah islam
berdiri di bumi pertiwi. Bagaimana orang yang terus membully nya di sosmed,
bahkan atas nama pemikiran agama mereka tidak sungkan men fitnah pribadi
Jokowi. Jokowi hadapi dengan tenang. Tanpa ada perintah agar sosmed di ban seperti
di Turkey. Tanpa ada perintah menangkap mereka. Karena pada akhirnya semua orang punya kebebasan menilai. Mana yang
baik dan mana yang buruk. Inilah nilai demokrasi. Yang penting jaga dan pastikan tidak ada paham yang
menimbulkan tindakan anarkis atau tindakan terror. Karena bagaimanapun tindakan teror dan anarkis adalah tindakan kriminal.
Bangsa besar bukan karena pemaksaan tapi dialogh. Biarkan media memberitakan
apa saja. Ada yang pro maka pasti ada yang kontra. Dari keadaan ini kecerdasan
bangsa terasah , persatuan semakin kokoh , untuk sampai pada titik tak
tergoyahkan oleh ancaman pihak luar yang ingin mengadu domba. Proses ini harus
terus di jaga oleh Erdogan sebagaimana kini Jokowi lakukan terhadap mereka yang
berbeda.
Dalam politik luar negeri Erdogan
melakukan acrobat. Dia melakukan rekonsiliasi dengan Israel sesuai agenda AS
untuk kemerdekaan Palestina dengan prinsip mengakui Israel sebagai Negara. Ini
tentu di tentang oleh ormas di Turkey yang tadi setia mendukungnya dalam hal
penyelesaiaan Pelastina khsusnya blokade Gaza. Namun paska rekonsiliasi dengan Israel
tidak nampak keseriusan Israel untuk memeuhi syarat yang di ajukan Turkey. Di
samping itu, Erdogan merasa tidak mendapatkan bantuan berarti dari AS cs ketika
di landa krisis ekonomi. Belum lagi AS lebih mendukung pemikiran Gulen tentang
islam membangun komunitas. Karenanya bukan rahasia umum bila ada kecenderungan
Erdogan main mata dengan Rusia dan China untuk mengikuti langkah Iran dan Suriah dalam kebijakan regional nya.
Seharusnya Erdogan meniru Jokowi bagaimana melakukan politik bebas aktif. China dan Rusia di rangkul tapi kepentingan nasional diatas segala galanya. AS dan sekutunya
termasuk Jepang di temani tanpa ada hak eklusifitas. Soal Pelastina ,ikuti saja
sikap PBB agar bermain aman. Namun kerjasama ekonomi dengan Israel tetap jalin
selagi menguntungkan Turkey. Soal Suriah tetaplah netral.
Dari keadaan ini , pihak yang
berbeda ajak berdialogh secara intensip dengan semangat ukhuah islamiah.Tidak
usah dipaksa mereka harus segera paham tapi ikuti aja proses dengan sabar,
Insya Allah kalau Allah berkehendak untuk menjadikan Turkey sebagai Negara Islam yang menjadi
obor bagi syiar Islam akan mudah sekali.
Tapi kalau perbedaan di sikapi dengan amarah dan kekerasan maka rahmat Allah
akan menjauh dan itu akan menjatuhkan reputasi Erdogan di mata international
dan lambat namun pasti Erdogan akan meredub dengan sendirinya , bisa karena
masalah ekonomi yang tak tuntas dibenahi karena konplik internal yang di motori
oleh proxy AS dan China ( dan Rusia),atau menyeret Turkey menjadi wilayah konplik baru
sehingga harga minyak melambung karena pipa minyak dan Gas ke Eropa pasti terganggu.
Tentu yang untung TNC minyak…
apa di era jokowi tidak ada penangkapan karena tuduhan makar padahal mereka senjata saja tidak punya,apa diera jokowi tidak ada penangkapan karena tersinggung pada kritikan yg bertubi-tubi di medsos padahal nyata di mata kita.apa diera jokowi demonstran yg menentang pemerintah di datangi dan diajak dialogue.kita lihat saja hasil di era turkey dibawah Erdogan dengan Indonesia di Era Jokowi.
ReplyDeletemohon bijaksana & Objetif saat membuat opini, Bang.(saya geleng2 kepala)