Sunday, February 14, 2016

Modal dari Cina

Bulan lalu saya berkunjung ke Cina. Ketika itu saya menanyakan keseriusan Cina mendukung pemiayaan proyek insfrastrutkur di Indonesia. Teman saya mengatakan bahwa investasi Cina di Indonesia adalah yang biasa saja. Tidak ada yang istimewa.Hanya bisnis. Tahun lalu  Pemerintah Indonesia telah menanda tangani MOU dengan pemerintah Cina atas komitmen pembiayaan sebesar USD 50 miliar atau Rp. 650 triliun. Komitmen pembiayaan dari China sudah disepakati untuk infrastruktur jalan tol, pelabuhan, pembangkit dan transmisi listrik serta pelayaran.Sebesar 40 miliar dolar AS akan diperoleh dari China Development Bank dan Industrial and Commercial Bank of China kepada BUMN yang menggarap pembangunan jalan Tol Trans Sumatera. Selain itu sebesar 10 miliar dolar AS untuk PT PLN (Persero) membiayai pembangunan transmisi listrik dan pembangkit. Alokasi kepada PLN dimaksudkan untuk mendukung program pembangkit listrik 35.000 megawatt. Juga untuk membiayai pembangunan smelter PT Aneka Tambang. Proyek pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung dan light rapid transportation (LRT) di Jabodetabek. Di bidang jasa angkutan pelayaran pinjaman akan diberikan untuk membangun beberapa pelabuhan.  Harus dicatat bahwa pembiayaan dengan skema pinjaman itu adalah by project atas dasar B2B.

Sulit untuk  mendapatkan data yang sesungguhnya investasi Cina di luar negeri.Kalaupun ada data resmi namun semua tahu bahwa data itu tidak seratus persen benar. Cina terkesan tertutup soal data ini. Namun saya mendapatkan sedikit data dari Derek Scissors, yang di publish oleh The China Global Investment Tracker (CGIT) yang berjudul “The Double-Edged Sword of China’s Global Investment Success. Ekspansi china dalam berinvestasi ke luar negeri sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2014 mencapai USD 683 millar atau kurang lebih kalau di rupiahkan Rp. 8000 triliun atau mendekati dua kali dari GNP kita. Negara terbesar yang menerima kucuran dana dari china adalah Amerika yang mencapai USD 99,8 Miliar ,kemudian Australia sebesar USD 78,7 miliar. Canada USD 43,5 Miliar. Inggeris mendapat kucuran dana sebesar USD 31,3 miliar. Rusia USD 24,5 miliar, Francis USD 15 miliar,Kazakhstan USD 17,9 Miliar. Jumlah ini terus bertambah sampai dengan sekarang.

Inilah hukum kapitalis. Ketika terjadi ketidak seimbangan ekonomi global maka hanya dua pilihan bagi china agar terjadi keseimbangan yaitu pertama, men devaluasi mata uangnya. Kedua, melempar uangnya ke luar negeri. Sejak tahun 2005 china lebih focus kepada melempar danannya keluar negeri melalui kemitraan BUMN china dengan perusahaan lokal dimana proyek di biayai.Namun upaya ini belum sepenuhnya bisa menekan mata uang Yuan,karenanya sejaknya tahun lalu china mulai melakukan devaluasi,walau terkesan hati hati sekali. Jepang , Amerika juga pernah mengalami hal seperti China. Tahun 80an ( dan mencapai puncaknya tahun 90an ) Amerika dan Jepang terus melakukan investasi di luar negeri agar mata uangnya stabil dan mendukung daya saing produksinya di seluruh dunia. Yang paling banyak memanfaatkan luberan likuiditas Jepang dan Amerika adalah Korea Selatan dan Taiwan, Malaysia. Namun tahun 2000an likuditas di jepang,Amerika semakin melemah seiring semakin tergerusnya perdagangan international mereka dengan kehadiran China. Perusahaan Amerika dan jepang terkesan lambat mengantisipai munculnya kekuatan ekonomi China. Malah mereka sibuk menggali hutang untuk menarik uang di pasar sampai akhirnya kekuatan pasar menolak dengan jatuhnya wall street tahun 2008. 

Amerika dan jepang yang merupakan simbol kesuksesan negara yang berumpu kepada kapitalisme , kini sedang meradang dilanda krisis utang dan struktural. Yang nampak bangkit dan bertahan hanyalah sektor bisnis besar sementara yang menengah bawah mulai kehilangan daya untuk terus bertahan.Berbagai insentif dan subsidi terselubung di lakukan untuk menyelematkan dunia usaha agar krisis struktural tidak terjadi. Atas dasar itulah , ketika saya bertemu dengan teman pejabat cina di Beijing , dia mengatakan bahwa Cina belajar dari kegagalan Amerika dan jepang dalam mengelola ekonomi. Cara cina adalah focus kepada pengembangan regional melalui investasi di bidang infrastruktur agar pasar regional seperti Asia facific terkhusus ASEAN ,Afrika Asia Tengah dapat tumbuh sebagai mitra sejajar.Itu sebabnya Cina menghindari pinjaman langsung yang bisa berbelok menimbulkan pasar uang bubble tapi melalui proyek B2B. Kalaupun ada yang langsung itupun hanya sebatas pasar modal dan  obligasi melalui aksi China Investment Corporation. yang volumenya terbatas dan terukur untuk investment grade yang likuid sepeti T bill.

Jadi kalau Cina berambisi untuk menanamkan uangnya di Indonesia, itu memang murni bisnis, tidak ada kaitannya dengan politik.Mereka lakukan itu untuk kepentingan stabilitas mata uangnya agar produksinya bisa bersaing dan di serap pasar.Kalau kita paranoid maka negara lain akan memanfaatkannya,dan yang sangat rakus adalah negara kapitalis karena mereka sadar apa yang dilakukan Cina untuk ber investasi tak lain akibat dari konsekuensinya menerima kapitalisme.Bahwa hukumnya:, kaya sendirian akan jatuh dengan sendirinya namun berbagi akan menjamin pertumbuhan berkelanjutan. Mari cerdas meliat fenomena ekonomi global ya sayang..

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.