Tidak butuh lama, setelah Jokowi dilantik
sebagai Presiden dan Kabinet terbentuk, Menteri KeuangaN, Bambang PS Brodjonegoro mengatakan berencana memanfaatkan potensi dana orang Indonesia yang parkir diluar negeri khususnya Di Singapore. Setelah itu MenKeu berserta team terbang ke Singapore bertemu dengan pejabat Singapore untuk mendapatkan informasi prihal dana tersebut melalui skema kesepakatan tentang Automatic Exchange of Information. Memang pada G-20 di Rusia tahun 2013 negara-negara anggota G-20 berkomitmen saling memberikan informasi yang relevan bagi negara-negara mitra untuk memberantas berbagai modus penghindaran pajak. Disamping itu MenKeu mendapatkan data melalui PPATK. Ingat bahwa PPATK itu berdasarkan UU berhak mendapatkan access lalu lintas uang melalui BI dan secara international PPATK adalah member dari Egmont Group, Financial intelligent Unit yang punya access sampai kepusat clearing US Dolar ( Nostro ) dan Euro ( Bassel ). Jadi tidak sulit bagi PPATK untuk melacak lalu lintas uang haram yang ada diluar negeri ( offshore).Proses ini terus bergulir, dan terakhir Sri Mulyani sebagai Managing Director
WorldBank mendukung langkah yang ditempuh oleh MenKeu, dan yakin upaya ini akan
berhasil. Seorang teman yang bekerja sebagai Fund Manager di Singapore berkata
kepada saya bahwa beberapa nasabah kakapnya mulai panik dengan sikap pemerintah
Jokowi yang akan melakukan upaya hukum G to G untuk menarik dana parkir yang diperkirakan
mencapai ribuan triliun rupiah itu pulang kampung. Harap maklum bahwa sebagian dana yang parkir
di Singapore itu adalah dana para konglomerat hitam yang menjarah dana BLBI,disamping juga dana hasil dari rente business di Indonesia yang terkait dengan mafia migas, mafia pupuk, mafia mining, mafia fishing dll.
Selama ini PPATK itu hanya digunakan
oleh KPK untuk melacak dana bagi tersangka korupsi kelas teri yang aliran
dananya hanya sebatas keluarga dan selir, yang semuanya habis dikosumsi atau barang yang tidak punya value added bila dijual lagi alias nilai recehan bila
dibandingkan hasil korup yang terbang ke luar negeri. Selama KPK berdiri
tidak pernah serius mengusut kasus BLBI dan tidak pernah ada niat untuk melacak
transfer pricing yang merugikan penerimaan pajak Negara. Akibatnya era SBY, Indonesia sorga bagi
penjarah hasil tambang,hasil laut, illegal loging dan korupsi dana APBN yang melahirkan mega scandal. Dana dana hasil kejahatan
ini bersama dengan dana BLBI terbang
keluar negeri dengan jumlah mencapai ribuan triliun rupiah. Data yang
dipublikasikan oleh Ford Foundation melalui laporan Global Financial Integrity sampai
dengan 2010 jumlah dana asal Indonesia yang parkir diwilayah offshore mencapai
USD 108,89 milliar atau setara dengan Rp. 1500 triliun. Dana ini terus
bertambah yang konon kini mencapai lebih dari USD 200 miliar. Ini harta dalam bentuk uang tunai.Tidak
termasuk dalam bentuk property, Stock, Bond dll yang dokumen kepemilikannya
ditempatkan di lembaga custodian yang juga berada di OFC negara tax haven.
Menurut teman saya yang juga pernah ditunjuk sebagai consultant untuk layering
dana konglomerat hitam di Singapore mengatakan
bahwa Partai pengusung Jokowi bersama
team suksesnya mendapatkan dukungan pendanaan dari para konglomerat hitam dan juga dari mereka yang kaya raya berkat bisnis rente era SBY. Mareka ini mengalihkan dukungannya kepada Jokowi karena sadar SBY sudah closed file.
Namun setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden,
janji untuk mengamankan para sponsor kampanyenya tidak sepenuhnya ditepati. Sepertinya
Jokowi tidak merasa berhutang dengan mereka. Dia merasa itu hanya deal yang dibuat oleh Partainya, tidak ada urusan dengan dia. Itu sebabnya dengan enteng Jokowi menolak keras platform yang dijalankan era SBY untuk dilanjutkannya, khususnya mengamankan bisnis mereka yang menjadi sponsor
Partainya. Padahal keberadaan mereka sangat significant membuat SBY terpilih
dua kali dan pemerintahannya stabil selama dua periode. Melawan mereka sama saja cari masalah. Harap maklum mereka kayaraya dan apapun bisa dibeli dengan uang, termasuk kekuasaan dan pengaruh. Tapi Jokowi tidak peduli karena dia tidak sendiri. Tentu ada bebarapa orang idealis dari kalangan militer, tekhnorat, ekonom yang setia mendukungnya karena idealisme dan obsesinya. Sikap Jokowi memburu dana BLBI dan haram itu guna menegakan aturan dan kehormatan bangsa. Karena kasus BLBI
tahun 2014 sudah dinyatakan kadaluarsa oleh hukum sehingga tidak bisa lagi diharapkan Rp.520 Triliun untuk bisa ditarik kembali kecuali melalui business to business. Sementara APBN terus dibebani akibat BLBI ini.Pemilik dana
BLBI atau konglomerat hitam kemungkinan besar setuju dengan adanya pemutihan pajak dan lagi secara hukum mereka clean sejak menandatangani MSA. Tapi bagi pengusaha yang
menikmati limpahan laba akibat business rente seperti impor migas, distributor pupuk,
illegal loging, illegal mining, illegal
fishing, merasa terancam. Walau pemerintah berjanji akan melakukan pemutihan
pajak namun mereka yang menumpuk dana haram di offshore tidak yakin
kejahatannya tidak akan diusut. Karenanya mereka pasti tidak mau keberadaan
dananya diketahui.
Pada waktu bersamaan pemeritah Jokowi membuat
aturan keras membatasi business rente. Subsidi Pupuk dihapus, business mafia
pangan rontok. Subsidi BBM dihapus, business mafia migas rontok. Akibat aturan
keras izin penangkapan Ikan, mafia ikan rontok. Memperketat hutan lindung dari
penjarah kayu, penjarah lari, hutan lestari. Perpanjangan konsesi Kontrak Karya ( KK) harus melalui revisi contract untuk keuntungan dan kehormatan negara.
Ini membuat mafia Mining seperti Freeport,Newmont kecut. Aturan pajak
diperketat dan jangkauan pajak diperluas, sehingga modus operasi transfer
pricing semakin sulit dilaksanakan. Teman saya sebagai banker di Singapore
mengatakan bahwa aturan keras ini sepertinya membuat konglomerat hitam BLBI dan pengusaha rente bersatu
untuk melawan Jokowi. Ini berbahaya bagi Jokowi. Karena dia bukan hanya akan
menghadapi partai pendukungnya yang kecewa tapi juga pengusaha hitam. Suka tidak suka, mereka inilah yang membiayai para LSM dan relawan, media massa dalam dan luar negeri untuk menjadikan Jokowi sebagai Presiden. Namun kini mereka dibayar untuk menjadi pressure group terhadap segala kebijakan Jokowi, termasuk masalah pengangkatan Kapolri, dimana KPK berperan memuluskan para LSM melancarkan pressure nya kepada Jokowi. Targetnya adalan membuat pemerintah Jokowi lemah dan
akhirnya tunduk dibawah platform mereka. Namun, teman saya itu
menegaskan bahwa selagi demokrasi tetap hidup dan para elite bisa
berdamai,Jokowi akan aman saja.
Kedatangan Soros akhir desember 2014 ,merupakan
langkah awal terjadinya rekonsiliasi dalam
senyap antara para elite KIH dan KMP, kecuali Partai Demokrat!.Semakin berat bagi Jokowi menghadapi rekonsiliasi ini.Karena parlemen tanpa oposisi sangat riskan bagi demokrasi dan sangat mudah menjelma menjadi kartel poltik menekan Pemerintah agar patuh atau sesuai dengan agenda yang bayar.kecuali rakyat banyak menyadari ini dan tetap bersama Jokowi.
Dia adalah dia
bukan PDIP dan bukan pula lainnya.
Kehalusan budinya menjaga perasaan semua pihak
Bukan untuk mendapatkan simpati atau dukungan
hanya untuk memastikan nuraninya sebagai hakim
Akal sebagai raja
dan nafsunya sebagai hulu balang
Untuk tidak takut
Untuk tidak ragu
Bahwa kebaikan harus diperjuangkan
Kebenaran harus dibela
Dan keadilan harus menang!.
Dia adalah dia
bukan PDIP dan bukan pula lainnya.
Kehalusan budinya menjaga perasaan semua pihak
Bukan untuk mendapatkan simpati atau dukungan
hanya untuk memastikan nuraninya sebagai hakim
Akal sebagai raja
dan nafsunya sebagai hulu balang
Untuk tidak takut
Untuk tidak ragu
Bahwa kebaikan harus diperjuangkan
Kebenaran harus dibela
Dan keadilan harus menang!.
mantap ulasannya
ReplyDelete