Monday, March 24, 2014

Mengapa Jokowi?

Ketika  Jokowi resmi dicalonkan sebagai Presiden oleh PDIP maka reaksi media massa international sangat positip. Bloomberg  merupakan contain provider dibidang keuangan dan diakses oleh seluruh Fund Manager didunia menulis bahwa Pasar menyukai Jokowi. Kebijakannya membangun fasilitas umum dan infrastruktur mendorong IHSG menguat. Saham Bank-Bank lokal terkerek naik. Bank Mandiri sahamnya naik 9,1 persen. Bank BRI naik 11 persen. Bloomberg mengutip Khoon Goh, senior foreign-exchange strategist di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. in Singapore, menyebut Jokowi sebagai 'Mr. Fix It'. Begitupula Reuters yang juga merupakan portal Keuangan paling tinggi kredibilitasnya menulis bahwa pencalonan Jokowi datang dengan harapan besar bisa memimpin negara terbesar di Asia Tenggara yang selama ini dipimpin dengan kebijakan yang membingungkan dan kepemimpinan yang lemah. "Dia wajah baru di politik Indonesia. Dan dia menyegarkan," kata Robert Prior-Wandesforde, ekonom Credit Suisse di Singapore.Bagaimana pendapat dari media politik dan sosial? Washington Post menulis bahwa Jokowi populer di kalangan rakyat miskin dan memiliki rekam jejak yang bersih. Dan terakhir yang cukup fenomenal adalah ungkapan dari  Sidney Morning Herald bahwa Setelah Jokowi resmi menyalonkan diri maju dalam perebutan kursi presiden, dia bisa mengubah pilihan 23 juta warga yang memiliki hak pilih untuk ikut memilih ( tidak golput). Semua media massa itu tidak ada afiliasi dengan politik. Kalau media massa itu berafiliasi dengan politik maka mereka akan memuji HT dan ARB,  Surya Paloh sebagai raja Media TV yang juga capres.

Majalah Fortune mengeluarkan daftar 50 pemimpin paling hebat di dunia. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ada dalam daftar tersebut, menempati posisi nomor 37. Malah Presiden Amerika Serikat Barack Obama gagal masuk dalam list tersebut. Majalah Fortune menilai Obama kalah bersaing dengan para tokoh lainnya. Uniknya Kantor Berita Inggris BBC pernah menyebut Jokowi sebagai Obama dari Jakarta dengan menulis bahwa  Mr Widodo adalah politikus yang bersih. Seorang pemimpin yang mendengarkan keluhan masyarakat. Dia kerap disamakan dengan Presiden AS Barack Obama, bukan karena perawakannya yang sama-sama tinggi dan langsing. tetapi karena empatinya pada masyarakat. Dengan begitu banyaknya hujan pujian dari masyarakat international , lantas apa kata Jokowi?  Dia hanya menjawab singkat bahwa dia bukanlah sekelas Obama. Dia hanyalah orang sederhana. Jokowi tidak pernah berusaha menampilkan profile kehebatannya dalam media cetak /tv/youtupe seperti yang dilakukan oleh Prabowo dan capres lainnya. Walau dia penguasa jakarta namun tidak ada satupun baleho atau poster besar yang menampilkan photonya di jalan protokol Jakarta.Beda dengan pemimpin kota/daerah lainnya yang berusaha memenuhi kotanya dengan photo wajahnya dimana mana. Jokowi berusaha menghindari dari liputan media massa namun dia tidak bisa melarang media massa untuk meliputnya.  Karena UU pers memberikan hak kepada wartawan untuk meliput.Wartawan meliput kegiatannya karena memang rating pembaca berita tentangnya tinggi sekali. Dan wartawan wajib memenuhi permintaan pembacanya atau dia akan ditinggalkan  oleh pembaca.

Sebanyak pujian,sehebat pujian tidak membuat Jokowi menjadi tinggi hati.Dia tidak merasa kecil bila harus naik pesawat kelas ekonomi dan membwa sendiri travalling bag nya. Diapun tidak merasa kecil bila dihujat oleh lawan politiknya dengan kata yang tidak santun. Fitnah tentang Jokowi bertebaran dimedia massa. Dia tak ingin hujatan dibalas dengan hujatan. Fitnah dibalas dengan fitnah. Dia  lebih memilih tidak melayani kampanye dengan cara seperti itu. Teman yang bekerja sebagai analis di lembaga keuangan Asing mengatakan kepada saya bahwa  selama Jokowi berkuasa di Jakarta dan Solo, tidak pernah dia jauh dari rakyat. Hampir setiap hari dia mendatangi rakyat,mendengar keluhaan rakyat. Hal seperti ini tidak mudah. Siapapun boleh ngomong bahwa ini pencitraan , useless tapi tidak ada satupun pemimpin di indonesia yang mampu melakukan seperti yang Jokowi lakukan.  Di Jakarta anak sekolah dari keluarga miskin bukan hanya bebas uang sekolah tapi juga mendapat Kartu ATM Jakarta Pintar yang setiap bulan menerima santunan uang transfort, gizi dan alat tulis sebesar Rp.240.000. Siapapun penduduk Jakarta asalkan ada KTP berhak berobat/rawat inap  gratis asalkan mau dirawat dengan standar kelas 3. Bagi keluarga miskin yang tinggal diperkampungan kumuh kini secara bertahap mendapat bantuan program Kampung Deret untuk perbaikan rumah yang manusiawi dan lingkungan yang bersih. Bagi mereka yang tinggal dibantaran kali dan waduk mendapat program relokasi kerumah susun dengan flexibilitas syarat sesuai dengan kemampuan warga membayar. Pedagang kaki lima dibina untuk berdagang secara formal dipasar yang disediakan dengan tarif sewa yang sangat murah.

Ya  Jokowi memang hanya bekerja untuk kepentingan rakyat miskin di jakarta sementara  orang kaya dipajaki tinggi.Pajak Bumi Bangunan (PBB) naik 100% dengan kenaikan NJOP.Tarif parkir naik.Makan direstoran kena pajak, mendatangi tempat hiburan, hotel dikenakan pajak secara online sehingga tidak bisa lagi pemungut pajak dan pembayar pajak kongkalikong. Dari itu semua DKI berhasil mendongkrak kenaikan PAD menjadi 22 triliun dan membuat APBD DKI menjadi Rp. 70 triliun.Diperkirakan dalam dua tahun kedepan APBD DKI akan tembus Rp. 100 trilun tentu akan lebih banyak lagi program pro rakyat akan dijalankan Jokowi. Tapi besarnya APBD DKI itu tidak otomatis bisa menyelesaikan masalah banjir dan kemacetan karena kedua hal tersebut berhubungan dengan kebijakan pemerintah Pusat.  Kebijakan traffic control seperti pembatasan jumlah kendaraan ,perluasan jalan, pengadaan MRT , revitalisasi Waduk, Kanal Barat, Kanal Timur, terkendala oleh kebijakan dari kementrian PU, Perhubungan, Keuangan, EKUIN yang  tidak mudah di eksekusi karena bukan wewenang  Jokowi. Menurut Ahok, bila Jokowi menjadi Presiden terpilih maka yang paling duluan diuntungkan adalah DKI karena Jokowi sudah tahu persoalannya secara detail sehingga mudah baginya mengeksekusi kebijakan untuk menjadikan DKI sebagai ibukota negara berkelas dunia.

Semakin Jokowi dihujat, didiskreditkan, difitnah semakin dia mendapat tempat dihati rakyat tertindas. Mengapa? Karena kita yang masuk kelompok menengah ini,  baik itu pemuka agama, cendekiawan, pengamat, politisi, pengusaha, tidak pernah mau dekat kepada rakyat tertindas.Kita tidak punya reputasi lagi dihadapan rakyat tertindas karena mereka sudah terlalu lama menderita dan kita asyik dengan diri kita sendiri. Ketidak sukaan  kita apapun dalilnya kepada Jokowi akan  membuat ia semakin mendapat simpati dari rakyat tertindas. Kebencian kelompok menengah inilah yang dipakai oleh kader marhaen diakar rumput untuk menarik simpati rakyat tertindas. 

1 comment:

  1. jokowi gak perlu ongkos untuk promosi,karena media meanstrem sudah rajin memblowup terus menerus figur jokowi dari semejak masih menjabat walikota Solo. gratis.Dan saya salah satu yg terhipnotis oleh gencarnya pemberitaan media meanstream.Namun saya perlahan mulai menyadari kesalahan saya mempercayai media2 meanstream tsb mulai dari keikut sertaan pilgub DKI tanpa melepas walikotamya,tapi masih coba menepis keraguan itu. namun makin menjadi ketika ikut pilpres padahal baru jadi gubernur di Jakarta juga tanpa melepas gubernurnya.

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.