Wednesday, September 25, 2013

Mobil Murah...?

Kemarin saya bertemu dengan teman lama. Dia sekarang punya business di China tepatnya di kota Hobey. Sejak tahun 2000 usahanya dibidang pembuatan auto parts kendaraan berkembang pesat. Permintaan terbanyak adalah memasok industry automotive di china dan sebagian di eksport.  Saya katakan bahwa sudah saatnya dia membuka  usaha yang sama di Indonesia. Karena sekarang pemerintah sedang menggalakan Mobil murah atau disebut dengan LCGC ( Low cost green car ). Menurutnya memang ada tekhnologi yang memungkinkan itu murah tapi bukan “value".Itu hanya design engineering  dimana kendaraan itu dibuat dari komponen ( spare part ) second grade , bukan yang high quality atau special quality untuk jenis kendaaan itu. Ya,  tetap dalam standard aman untuk dikendarain nanmun pasti tidak nyaman. Dan lagi LCGC didukung dengan kebijakan bebas pajak dari pemerintah tentu saja murah. Tapi kalaulah kebijakan ini dibuat dengan tujuan untuk memastikan 99% local content maka itu sangat baik karena  akan berdampak kepada perluasan investasi dibidang auto part , engine dan manufactur. Ya teman ini mengacu dengan kebijakan pemerintah china dalam industry otomotive.

Bagaimana dengan kebijakan China membangun industry automotive. Tanya saya. Menurutnya Indonesia lebih dulu start membangun industry automotive nya. Design kebijakan Industry automotive China hampir sama dengan kebijakan awal Indonesia. China mulai membangun industry otomotiv secara modern sejak tahun 1994 dan tidak pernah dirubah sampai kini. Saya teringat dengan kebijakan Indonesia dibidang otomotive atau apa saja yang selalu berubah rubah. Apa kebijakan itu? 1. Membangun Industry  auto parts ( onderdil 2. Membangun industry kendaraan penumpang ( bus besar /kecil/sedang). 3. Membangun industry angkutan barang ( truck ) ukuran besar /menengah/kecil. 4. Membangun  industry roda dua untuk masyarakat pedesaan dan kota kecil. 5.  Industry pendukung peralatan kendaraan. Kelima kebijakan ini adalah kunci pembangunan industry automotive China.  Target dari kebijakan ini adalah kemandirian dibidang design, technology dan product. Harus 100   % local content untuk semua industry otomotive apapun mereknya. China harus menjadi Global supply chain untuk Industry automotive dunia. Ambisi ini dilaksanakan dengan program yang terencana dan konsisten. Hasilnya kini terbukti China mandiri dibidang industry automotive.  Walau banyak merek kendaraan asing seperti Toyota, VW, Audi dll dijalanan namun itu semua 100 % local content yang dihasilkan oleh berbagai industry supply chain dibidang engine , auto parts, component body, dan lain lain.

Memang kendaraan merek asing di China  harganya relative  mahal bila dibandingkan merek local karena  kebijakan pajak yang tinggi dari pemerintah. Tapi untuk kendaraan merek local yang pasarnya menengah bawah, pemerintah mengurangi pajaknya. Untuk industry  automotive yang memproduksi kendaraan angkutan barang dan penumpang, pemerintah meng nolkan pajaknya , dan bahkan pemerintah memberikan insentip restitusi pajak bila perusahaan itu mengeluarkan dana untuk riset. Pemerintahpun membuat kebijakan bahwa belanja APBN haruslah mengutamakan kendaraan buatan local. Dampaknya  Indutry automotive china dibidang angkutan barang dan penumpang  tumbuh denga cepat. Boleh dikatakan china sangat mandiri dibidang ini. Bahkan bisa bersaing dipasar dunia. Anda bisa bandingkan kualitas bus way buatan china dan buatan Korea. Kualitasnya jauh lebih baik dari buatan Korea. Itu sebabnya pasar Afrika dan Amerika latin sangat menggemari bus dan truck buatan china, disamping murah kualitas juga bagus.  Dampak lebih luas dari kebijakan ini adalah efisienya business angkutan barang dan penumpang sehingga dalam skala makro bisa menekan biaya logistic nasional, yang tentu secara system membuat Efisiensi pruduksi china semakin kuat daya saingnya.  Artinya semakin kuat daya saing suatu Negara semakin efisien Negara itu, dan semakin unggul dalam putaran waktu.

Saya terpesona mendengar urain teman itu. Tapi bagaimana caranya china bisa membuat kebijakan ditahun 1994 itu bisa efektif? Bukankah china butuh technology dan dana dari Asing. Bagaimana? Saya ingin tahu ini karena pada awalnya keadaan china sama dengan Indonesia termasuk tertinggal dalam industry automotive. Teman itu mengatakan bahwa china punya pasar otomotiv terbesar didunia. Potensi inilah yang ditawarkan kepada vendor dan investor asing.  Kebijakan transfer technology adalah harga mati. Ini diawasi dengan ketat agar jadwal transfer technology dapat terlaksana tepat waktu. Hasil resapan technology asing itu, didistribusikan oleh lembaga riset china keseluruh pengusaha local agar mereka ambil bagian dalam industry supply chain. Dengan dukungan supply chain yang kuat maka industry automotive local dengan merek local pun mulai bermunculan. Lambat namun pasti merek local berhasil  menggeser merek asing dipasar domestic. Bagaiman dengan Indonesia, tanyanya. Ya, bila ukuran kemandirian industri otomotif diukur dari keberadaan pabrik manufaktur atau perakitan kendaraan bermotor, Indonesia boleh berbangga karena berbagai merek kendaraan ternama dunia telah mendirikan pabrik manufaktur dan atau perakitan di tanah air. Namun bila ukuran kemandirian tersebut dilihat dari sisi penguasaan teknologi beserta keleluasaan dalam pengembangannya, kenyataan menunjukkan bahwa berbagai industri otomotif yang ada saat ini secara mayoritas masih dikendalikan oleh tiga pemain utama otomotif dunia yaitu Jepang, Eropa, dan Amerika. Raksasa otomotif dari Negeri Sakura, yakni Toyota, Mitsubishi, Suzuki, Isuzu, dan Daihatsu, Honda adalah lima besar industri otomotif Indonesia saat ini. 

Jadi memang konsistensi kebijakan dengan visi kemandirian serta didukung oleh nasionalisme yang tinggi dari rakyat dan elite politik yang membuat apapun kebijakan memang mensejahterakan rakyat, bukan mensejahterakan asing  bersama agent nya….Ya, China berhasil , indonesia gagal karena masalah konsistensi kebijakan. Indonesia tidak pernah mampu konsisten. Mengapa ? tanyanya kepada saya. Saya hanya terdiam karena hampir semua pemimpin Indonesia bisa dibeli dan kebijakan bisa dirubah sesuai kehendak investor dan vendor. Setelah reformasi impian kemandirian semakin jauh dan jauh. TEXMACO dan TImor sebagai pionir industri otomotif nasional  sudah dibiarkan mati begitu saja. BUMN seperti PT INKA, PT Bahana dan PT Boma Bisma Indra dibonsai agar tak berdaya menjadi leading insdustri otomotif nasional. ESEMKA yang didukung oleh Jokowi kandas oleh test kelayakan dari Kementrian Perindustrian. KIta hanya jadi konsumen dan buruh...itu saja. Inilah nasip dipimpin oleh orang bodoh bermental bedebah...

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.