Thursday, June 13, 2013

PKS VS SBY

PKS dan Partai Demokrat tidak mungkin bisa bersatu. Ini ibarat Air dengan Minyak.Seberapa hebatnya usaha untuk bersatu namun secara chemistry tetap tidak mungkin bisa bersatu. Namun PKS dapat bersatu dengan SBY. Demikian kata teman saya kemarin waktu bertemu di Bandara.  Mengapa demikian? PKS adalah partai idiologi. Dimana kekuatannya ada pada platform politik itu sendiri. Sementara Partai Demokrat adalah SBY.  Sehebat apapun elite democrat berkelit tentang ini, faktanya semua tahu bahwa hanya SBY yang bisa menjatuhkan Anas yang terpilih secara demokratis lewat munas.  Itu artinya Partai Demokrat adalah SBY. Titik.  Bagaimana visi misi Partai Demokrat maka lihatlah pribadi SBY, yang kelak akan turun kepada keluarganya. Semua kader democrat adalah petualang sejati yang hanya sekedar mencari kesempatan pribadi masing masing. Bila Partai democrat tidak lagi memberikan kesempatan maka para kader itu akan pergi dengan begitu saja. Tidak akan  ada airmata sesal dari mereka bila harus menyebrang ke Partai lain. Berbeda dengan PKS dimana membangun Partai adalah membina kader. Membina kader adalah merperkuat visi dan misi partai sebagai alat perjuangan demi tegaknya keadilan dan tercapainya kesejahteraan bagi semua.

Mungkin karena Partai Demokrat adalah SBY maka tidak begitu sulit bagi Demokrat awalnya untuk menarik PKS dalam koalisi. Karena secara pribadi memang tidak ada yang salah dengan SBY. Track record nya di militer dan di Kabinet semasa GusDur, Megawati, sangat baik. Bahkan SBY dikenal sebagai militer intelektual yang berhasil menanamkan reformasi ditubuh TNI. Artinya darah SBY adalah Pancasila dan ini tidak bertentangan dengan Islam. Itu sebabnya PKS lebih enjoy berkoalisi dengan SBY dibandingkan dengan Megawati ( PDIP) sebagai oposisi. Lantas mengapa setelah koalisi terbentuk, PKS tidak pernah seiring sejalan dengan SBY ? Inilah yang orang kebanyakan lupa tentang tipikal Partai idiologi bahwa mereka sudah punya system alert yang bisa dengan cepat membuat mereka bersikap. Contohnya ketika 2009 SBY menunjuk Boediono sebagai Wapres. PKS langsung bereaksi dengan menentang. Walau akhirnya tidak bisa menahan namun bukan berarti Boediono bebas. Terbukti Mei 2010 Bersama Golkar dan PPP, PKS mendukung pengusutan penjaminan Bank Century dalam rapat paripurna DPR. Publik tahu bahwa masalah Century berhubungan dengan posisi Boediono.

Para Menteri yang juga adalah kader PKS, seperti di MekomInfo dan Pertanian, termasuk pos yang sangat strategis namun oleh UKP4 dianggap tidak beprestasi. Raportnya merah. Benarkah ? teman saya dengan tegas mengatakan bahwa ini bukan soal prestasi kerja tapi loyalitas kepada President. Kedua menteri itu selalu menjalankan agenda Partainya , bukan agenda Presiden. Disamping itu team PKS yang ada di DPR walau masuk dalam koalisi pemeritah namun menjadi pendukung setia para Menteri tersebut dan sama sama berjuang melancarkan agenda Partainya. Itulah sebabnya banyak keluhan dari dunia usaha pengejar rente yang merasa dirugikan oleh kader PKS yang ada dikabinet. Ini tentu berdampak tidak mulusnya agenda SBY pada kedua pos Kementrian itu, yang juga berimplikasi kedua kementrian itu tidak bisa bekerja optimal.  SBY memang geram dan berusaha menekan PKS dengan segala cara. Apakah PKS diam? Tidak ! Desember 2010 ,PKS mengancam membuat poros baru menyempal dari koalisi bersama PKS, PKB, PAN, dan PPP. Keadaan ini membuat suasana memanas dan akhirnya redam begitu saja. Namun kembali PKS berulah, Februari 2011, mendukung hak angket DPR untuk mengusut mafia pajak. PKS langsung berhadapan dengan Partai Demokrat yang dengan gigih membuat hak angket itu kandas di Rapat Paripurna DPR.

Sebetulnya apa yang membuat PKS selalu berseberangan dengan Partai Demokrat? Tanya saya dengan kebingungan. Menurutnya PKS itu anti Neoliberal. Idiologi PKS sebetulnya adalah keadilan social atau sosialis kanan, yang pasti berseberangan dengan neolib yang pro kapitalis. Paranoid  politik ? Tidak,kata teman itu dengan tegas.  Bahwa PKS punya map perjuangan yang konkrit. Para Kader PKS disamping yang visible tapi juga banyak yang invisible. Mereka ada disemua elemen masyarakat. Informasi dari mereka inilah yang dijadikan acuan oleh PKS dalam bersikap dan berjuang. Itu sebabnya mereka menentang Pak Boediono karena Neolib. Itu sebabnya mereka tidak bisa menerima program liberalisasi Pertanian karena kawatir petani , nelayan, peternak tidak mampu bersaing dengan asing. Menolak liberalisasi penuh Telekomunikasi karena ingin memastikan operator telekomunikasi tetap dibawah kendali lokal. Itu sebabnya mereka memaksa hak angket pajak karena sebetulnya mereka tahu bahwa semua TNC minyak dan Tambang itu memanipulasi pajak. Itu sebabnya mereka ikut dalam hak angket Century karena ingin merubah system moneter yang terlalu liberal sehingga mengurangi otoritas Negara mengendalikannya. Itu sebabnya mereka menentang kebijakan pengurangan subsidi Minyak karena mereka tahu pasti bahwa ini akibat pro neoliberal yang lambat namun pasti mengurangi fungsi social APBN. 

Kalau begitu SBY neolib ? Benarkah ? Tanya saya. Siapapun tidak pernah menyadari dia akan masuk perangkap Neolib. Itu datang dengan sendirinya ketika orang punya kekuasaan dan dia harus berhadapan dengan banyak pilihan platform dalam mengambil keputusan. SBY , sadar atau tidak sadar baginya Neolib adalah cara yang mudah dan aman untuk menjalankan kekuasaanya. Inilah konsekwensi dari system demokrasi yang pragmatisme. Berbeda dengan kader partai idiologi seperti PKS , mereka tidak akan terjebak dengan idiologi lain. Walau mereka ditempatkan di dalam kabinet namun mindset mereka tidak akan berubah dan tetap istiqamah dengan agenda idiologinya. Kalau begitu,kata saya, bahwa keliatannya tidak ada pilihan bagi SBY kecuali harus pecah kongsi dengan PKS. Karena kalau dipertahankan akan semakin menyulitkan bagi SBY. Teman saya itu tersenyum. Tidak mungkin SBY berani mendepak PKS secara kasar. Karena bila PKS keluar dari koalisi maka bargain position Golkar akan semakin kuat didalam koalisi. Bagi SBY jauh lebih baik bertikai dengan PKS ketimbang bertikai dengan Golkar. Situasi inilah yang selalu membuat SBY tidak pernah tegas terhadap PKS,  dan membuat PKS tidak pernah melangkah surut walau dihantam dengan berbagai peluru kendali...Mungkin saja PKS tersingkir dari koalisi dan saat itulah pro-neolib akan mengontrol kekuasaan. SBY hanya sebagai endorsement. 

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.