Saturday, April 6, 2013

Kopassus ...?


Rumor ternyata benar. Benar  bahwa di balik penyerangan Lapas Cebongan adalah KOPASSUS atau Komando Pasukan Khusus dibawah Angkatan Darat. Ke 11 Prajurit Kopassus dengan kesatria mengakui perbuatannya setelah team investigasi TNI dibentuk oleh KSAD. Prajurit TNI itu datang sendiri dihadapan team investigasi dan siap mempertanggung jawabkan kesalahannya. Sikap tanggung jawab bukan hanya datang dari prajurit sang pelaku tapi juga dari Danjen Kopassus yang dengan tegas siap menanggung kesalahan dari anak buahnya. Begitulah TNI, bila Panglima sudah bersikap maka tidak butuh waktu lama untuk meng investigasi. Tidak samahal nya dengan Sipil yang pelakunya selalu bersembunyi hilang layaknya pecundang sejati. Dengan demikian maka POLRI juga harus  membentuk team investigasi atas kemungkinan oknumnya terlibat sebagai pelaku pengeroyokan brutal di Hugo’s Café yang menewaskan anggota Kopassus Serka Heru Santoso. Masih ada 7 orang pelaku pengeroyokan itu yang masih bebas berkeliaran. Harus dicatat bahwa kesediaan prajurit TNI untuk diadili secara hokum karena percaya hokum masih dijunjung di republic ini tapi kalau POLRI gagal mengungkapkan pengeroyokan itu maka persoalan ini tidak akan selesai sampai disini.

Pengeroyokan itu terjadi di café Hugo ,sebuah tempat hiburan malam yang mewah di Yogyakarta. Menurut TNI bahwa kehadiran Serka Heru Santoso di café  itu dalam rangka tugas. Apakah tugas prajurit TNI di café  itu?  Jawaban dari TNI bahwa Heru Santoso sedang melakukan operasi intelligent yang mengharuskan dia hadir di café  itu. Jadi jelas bahwa kehadiran Prajurit TNI di café  itu dibawah perintah atasannya, Tentu atasanya memerintah atas dasar jenjang komando di TNI. Kita tidak perlu bertanya lebih jauh mengapa tugas intelligent harus berada di café . Karena ini sudah biasa dalam tugas intelligent yang harus mendapatkan informasi darimanapun sumbernya. Yang jadi pertanyaan besar adalah disamping preman mengapa ada keterlibatan oknum polisi dalam pengeroyokan itu? Tentu Heru Santoso tidak menyadari ini akan terjadi. Kalaulah dari awal dia tahu akan dikeroyok, tentu dia tidak akan datang sendirian ke café itu. Yang pasti ini bukan perkelahian spontan yang biasa terjadi di tempat hiburan malam tapi perkelahian yang sudah direncanakan dengan jelas oleh   para pengeroyok, dengan target "menghabisi" Heru Santoso secara sadis dihadapan orang banyak. Ini benar benar gaya Triad atau Mafia. Kejam dan dingin.  Apa motive nya ?

Sumber kejahatan apapun didunia modern ini selalu dibicarakan di tempat hiburan malam. Berbagai transaksi haram, entah itu suap, jual beli narkoba, pelacuran, terjadi ditempat hiburan malam. Disetiap kota besar atau disetiap  provinsi , café mewah di legitimasi kehadirannya oleh pejabat kota. Semua pengelola tempat hiburan malam bukan hanya mereka yang punya modal tapi juga mereka yang punya access kepada aparat keamanan untuk “perlindungan”. Mengapa perlu “perlindungan”? karena hampIr semua tempat hiburan melanggar ketentuan formal izin usahanya. Tentu Ini tidak ada yang gratis. Kita tidak tahu pasti berapa uang upeti kepada aparat keamanan. Tapi yang jelas jumlahnya tidak sedikit. Konon menurut cerita dari teman yang juga pengelola tempat hiburan malam , yang mendapatkan jatah upeti bukan hanya aparat keamanan tapi juga aparat PEMDA. Bahkan atas rekomendasi dari PEMDA atau Aparat keamanan, pengelola tempat hiburan juga harus memberikan santunan dana kepada Ormas yang suka “ngeributin”keberadaan tempat hiburan malam. Kadang ada juga oknum aparat keamanan mendapatkan jatah dari kartel pengedar narkoba. Maklum café juga adalah market place untuk produk narkoba dengan omzet gigantic.

Untuk menjadi pengelola café  apalagi tempat hiburan untuk kelompok menengah atas tidaklah mudah. Anda harus lebih dulu dikenal dekat dengan elite politik didaerah maupun di pusat. Kedekatan ini penting untuk mengukur grade anda untuk pantas dilindungi dan di-legitimate usahanya. Demikian kata teman saya.  Kalau dulu sebelum reformasi, seluruh tempat hiburan di backing oleh TNI melalui kerjasama dengan yayasan milik TNI. Jadi perlindungan lebih terorganisir dan transfarance. Ini sebagai financial resource bagi komandan pasukan  untuk mensejahterakan prajurit melalui jalur non budgeter. Jadi pendapatan dari dunia hiburan ini tidak hanya untuk kepentingan pribadi Jenderal atau komandan tapi juga lebih kepada kepentingan pembinaan pasukan. Menurut saya, secara moral ini tetap salah. Namun di era reformasi, TNI masuk kandang. POLRI mengambil alih peran TNI di wilayah public, termasuk di tempat hiburan malam. Apakah semudah itu menarik TNI dari wilayah public khususnya ditempat yang sebelumnya merupakan financial resource bagi TNI. Apalagi TNI tahu pasti bahwa kekuasaan sipil menjadikan oknum keamanan dan pemda kaya raya dari dunia malam. Sementara kehidupan prajurit semakin terpinggirkan karena sang komandan tak lagi punya akses terhadap dana non budgeter.

Kalaulah era reformasi memang terbukti kekuasaan sipil lebih baik dari militer. Lebih tidak korupsi. Lebih hebat mempertahankan NKRI. Lebih hebat membrantas NARKOBA. Lebih adil terhadap rakyat miskin. Lebih tinggi kehormatan bangsa dan Negara dihadapan asing. Saya yakin TNI memang tidak punya pilihan kecuali harus ikhlas berada di dalam camp. Tapi bila reformasi dari tahun ketahun semakin menunjukan kemerosotan moral para elite, dan semakin memperlebat gap kaya dan miskin, keadilan diperdagangkan, maka fitrah TNI yang terlahir dari rakyat akan bangkit kembali untuk mengarahkan senjata ke elite politik. Memang dalam sejarah TNI tidak pernah melakukan makar apalagi kudeta namun TNI sangat mudah menjadi backing rakyat melakukan perubahan termasuk revolusi. Sejarah membuktikan itu. Jadi , sudah saatnya peristiwa penyerangan Lapas oleh Kopassus dijadikan pelajaran bagi elite politik sipil dan Polri agar mulailah stop korupsi, stop backing kejahatan. Ingatlah bahwa kewibawaan rezim sipil bukan terletak pada lembaga HAM,KPK dll tapi pada Kewibawaan kepemimpinan dalam menegakkan keadilan, mengutamakan kebaikan, membela kebenaran untuk lahirnya keadilan sosial bagi semua. Sadarlah ! sebelum terlambat.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.