Apakah ada yang luar biasa dari
pertemuan antara SBY dan Prabowo minggu lalu di Istana? Sebagian menanggapi bahwa
ini biasa saja karena memang SBY dan Prabowo adalah alumni AMN tahun 1973.
Mereka sudah berteman sejak masih dalam pendidikan militer dan sama sama
berkarir cemerlang dimedan tugas Abri. Setidaknya chemistry keduanya adalah
sama. Sama sama prajurit yang dididik dengan baik untuk bela Negara dengan
nasionalisme yang tak perlu dipertanyakan integritasnya. Tapi ada pula pihak yang mempunyai penilaian
bahwa ada proses sejak tahun lalu dimana SBY berusaha untuk menjalin hubungan
strategis dengan Prabowo. Hal ini dapat dimengerti menurut teman yang juga DPP Partai mengatakan
bahwa gerakan Garindra secara nasional
sangat sistemasi dan terorganisir dengan baik terutama sejak Pemilu 2009.
Mungkin Garindra adalah satu satunya Partai baru yang bisa menyaingi Golkar
dari segi kesiapan insfrastruktur Partai diseluruh pelosok negeri. Juga yang
lebih membuat Garindra berakar serabut dan tunggang karena misinya berhubungan
dengan kesejahteraan Petani, Nelayan dan Buruh. Garindra focus dengan misinya
dan berkerja denga visi kemandirian. Sementara Partai lain lebih bersifat umum.
Inilah yang membuat Partai lain harus mengakui bahwa apabila Garindra unggul
dalam putara Pemilu maka ia pantas mendapatkannya karena itu didapat dengan
kerja keras, strategi yang tepat, serta dana yang tidak sedikit.
Jadi wajar bila SBY berusaha
untuk mendekati Prabowo untuk kepentingan jangka panjang Dinasti Politiknya di
Partai Demokrat. Hanya masalahnya hubungan ini tidak semudah berbicara sesama
teman alumni AMN tahun 73. Disini ada bahasa politik. Ada bahasa kepentingan.
Ada bahasa siapa mengendalikan siapa. Masing masing saling membaca kartu. Dari
hari ke hari, bulan kebulan ,tahun ketahun, Garindra utamanya Prabowo semakin
mendapatkan pengakuan tidak hanya dari kelompok masyarakat dalam negerti tapi
juga masyarakat international. Prabowo diundang berbicara di forum bergengsi di
Namyang University , Singapore. Diundang berbicara di Universitas Tentara
Rakyat China. Dengan pengakuan ini sudah cukup bagi Prabowo untuk punya bargain
dengan siapapun yang ingin berkoalisi dengannya, termasuk SBY. Sementara SBY
bersama Partai Demokrat dari tahun ketahun citranya semakin merosot. Bahkan
bertarung secara terbuka dengan Garindra dan PDIP di Pilkada DKI, Demokrat
kalah dan terakhir hasil suvey menyebutkan bahwa elektabilitas PD tinggal 8%. Ditambah lagi Partai Demokrat
harus menghadapi persoalan internal yang serius dengan keluarnya Anas
Urbaningrum sebagai Ketua Umum. Keadaan ini tentu sangat mengkawatirkan bagi
SBY. Kedekatan dengan PKS, Golkar, PKB, PAN bukanlah kedekatan yang
mengamankan. Terbukti koalisi gagal mengawal kebijakan SBY soal BBM.
Sehebat apapun perkembangan
Garindra dan Prabowo. Selemah apapun SBY dan Partai Demokrat namun lagi lagi
politik membuat Prabowo harus mau membuka diri berkoalisi atau beraliansi
dengan kekuatan politik didalam negeri khususnya dengan SBY sebagai penguasa
saat ini. Mengapa ? SBY berencana akan meratifikasi Statuta ICC (International
Criminal Court) menjelang akhir masa kekuasaannya. BIla rencana ini terealisir maka
dapat dipastikan Prabowo akan terganjal secara serius untuk maju dalam putaran
PIlres. Maklum saja bahwa gugatan para aktifis kepada Prabowo atas pelanggaran
HAM semasa dia menjabat Komandan Kopassus akan mendapat ruang legitimate
menjadikan Prabowo sebagai pesakitan. Tak ada kekuatan apapun didalam negeri
yang bisa membendung ICC bila sudah bersikap. Hanya SBY yang bisa menghentikan
rencana Indonesia meratifikasi Statuta ICC. Itu sebabnya Prabowo berusaha meyakinkan SBY agar menghentikan rencana itu. Kalaupun SBY setuju tentu tidak akan gratis. Ada
tawar menawar yang harus disetujui oleh Prabowo dalam berkoalisi dengan Partai
Demokrat. Yang pasti ada equality dan mutual simbiosis. SBY butuh Garindra
untuk mengamankan Partai Demokrat setelah tahun 2014 yang diperkirakan akan
jatuh pamornya. Prabowo butuh SBY untuk mengamankan proses terpilihnya ia
sebagai presiden.
Syarat yang ditetapkan oleh UU
Pemilu sekarang untuk bisa mencalonkan seorang jadi presiden maka Partai pengusung
harus lolos 25% elekteoral threshold atau 20% kursi di parlemen. Jika dikalkulasi,
paling banyak hanya 4 kandidat yang bisa maju ke pencalonan. Itu pun cukup
sulit. Sebab, menurut survei, di Pemilu 2014 tak ada satu parpol pun yang
berhasil menembus angka psikologis itu. Partai Demokrat di Pemilu 2009 saja
hanya mampu meraih 20,85%. Diprediksi, suara partainya SBY itu akan tergerus
cukup banyak. Kalau mengikuti hasil survey tinggal 8%. Partai Golkar yang diprediksi akan naik juga
tidak sampai 16%. PDIP juga diprediksi turun di kisaran 12%. Artinya, tiga
partai besar pun harus merangkul partai lain untuk bisa mendapat tiket.
Gerindra yang diprediksi bakal melonjak, juga tak lebih dari 10%. Namun dari
sisi Pribadi Prabowo merupakan capres yang tingkat elektabilitasnya termasuk
tinggi dibandingkan yang lain. Itu sebabnya Garindra harus berkoalisi dengan
partai lain agar mememuhi syarat menempatkan Prabowo sebagai Capres dan Partai
Demokrat adalah pilihan utama. Namun Koalisi Partai Garindra dan Demokrat
diperkirakan tidak akan cukup untuk menenuhi syarat 25% elekteoral threshold. Partai
apalagi? PDIP tidak mungkin menjadi cawapres. Golkar juga tidak mungkin karena sudah ada Ical. Mungkin Prabowo akan berkoalisi dengan PAN agar menggiring partai Islam mendukungnya.
Bagaimana bila kenyataan nanti Garindra bisa melewati 25% elekteoral threshold sehingga berhasil menjadikan Prabowo terpilih sebagai president? Setelah itu terjadi koalisi antar trah militer yaitu Garindra , Partai Demokrat dan Hanura yang mencapai diatas 50 % kursi di DPR. Apa yang akan terjadi ? Saya ingat kata teman aktifis bahwa chemistry Militer adalah Pancasila. Ini sudah harga mati. Bila Prabowo jadi Presiden dan Parlemen mayoritas dikuasai oleh PD ( SBY), Garindra ( Prabowo) dan Hanura ( Wiranto) maka agenda pertama yang akan dilakukan oleh mereka adalah kembali kepada UUd 45 dan Pancasila secara murni. UUD45 yang sudah diamandemen akan masuk keranjang sampah. Maka euforia demokrasi liberal usai sudah. Saatnya semua pihak bekerja keras dalam satu komando demokrasi pancasila , yang teratur dan tertip, serta penuh kekeluargaan untuk lahirnya keadilan sosial bagi semua. Tapi bagaimanapun, kita akan lihat 2014 nanti dan yang pasti kini nasip Prabowo ditangan SBY untuk bisa menuju 2014.
Bagaimana bila kenyataan nanti Garindra bisa melewati 25% elekteoral threshold sehingga berhasil menjadikan Prabowo terpilih sebagai president? Setelah itu terjadi koalisi antar trah militer yaitu Garindra , Partai Demokrat dan Hanura yang mencapai diatas 50 % kursi di DPR. Apa yang akan terjadi ? Saya ingat kata teman aktifis bahwa chemistry Militer adalah Pancasila. Ini sudah harga mati. Bila Prabowo jadi Presiden dan Parlemen mayoritas dikuasai oleh PD ( SBY), Garindra ( Prabowo) dan Hanura ( Wiranto) maka agenda pertama yang akan dilakukan oleh mereka adalah kembali kepada UUd 45 dan Pancasila secara murni. UUD45 yang sudah diamandemen akan masuk keranjang sampah. Maka euforia demokrasi liberal usai sudah. Saatnya semua pihak bekerja keras dalam satu komando demokrasi pancasila , yang teratur dan tertip, serta penuh kekeluargaan untuk lahirnya keadilan sosial bagi semua. Tapi bagaimanapun, kita akan lihat 2014 nanti dan yang pasti kini nasip Prabowo ditangan SBY untuk bisa menuju 2014.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.