Saturday, January 5, 2013

Cepat naik cepat jatuh...


Tadi sore amprokan bertemu dengan teman di LIPPO Karawaci Mall. Dia warga Negara Jepang. Dia datang ke Mall bersama keluarganya dan saya juga bersama keluarga. Mungkin karena melihat kami begitu asiknya berbicara , istri saya dan juga istrinya memilih untuk pergi berbelanja dan membiarkan kami asik berdua. Kami memilih tempat disalah satu cafĂ© yang banyak terdapat di mall tersebut. Yang menarik dari pembicaraan ini adalah ketika dia mengatakan bahwa keadaan ekonomi dunia tahun 2013 ini tidak akan lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. Upaya perbaikan ekonomi yang dilakukan oleh AS dan Eropa, jepang telah memakan ongkos triliunan dollar AS sejak tahun 2008 namun hasilnya tidak mengindikasikasi harapan yang jelas bahkan semakin buruk. Tahun lalu 15 Bank terkemuka didunia  seperti HSBC, UBS, Barclay ,Chase JP Morgan, Citicorp , ratingnya di downgrade oleh lembaga Rating international- Moodys. Dan ini sebagai bukti bahwa dana triliunan dollar yang dipompa oleh the FED ke dalam system perbankan lewat program QE tidak berhasil. Sektor riel tetap stuck dan walau aturan pasar uang dibatasi ketat namun selalu ada celah bagi perbankan untuk bermain dipasar spekulasi. Itu sebabnya ada indikasi bahwa the FED akan menghentikan program QE pada tahun 2013  bulan desember. 

Saya tidak mau membahas lebih lanjut tentang keadaan ekonomi AS yang semua tahu sedang menuju lubang yang dalam. Sulit diatasi dengan cepat dan harus memakan korban banyak untuk bisa bangkit kembali.  Yang jadi pertanyaan saya adalah bagaimana mungkin AS yang dikenal dalam sejarah sebagai bangsa yang palng sukses mengelola pertumbuhan ekonomi, Negara yang mempunya SDA yang lengkap dan banyak, Negara yang paling stabil politiknya dan Negara yang paling tinggi tingkat  middle class nya, tapi kenapa begitu mudah terperosok jatuh.  Apa yang salah? Teman ini tersenyum. Menurutnya bahwa kejatuhan ekonomi AS bukanlah terjadi begitu saja tapi melalui proses yang panjang setidaknya diawali sejak era Ronald Reagan. Saya dan teman ini termasuk usia generasi awal di AS yang membuat ekonomi AS berproses jatuh. Usia sebelum saya adalah generasi yang membangun fondasi ekonomi AS di era revolusi mesin uap dan revolusi kereta api serta  meluasnya penggunaan listrik dan mesin pembakaran. Tahun 80an mulai muncul revolusi IT dengan munculnya business dot.com dengan menyerap dana berlebih di era suku bunga tiggi era Reagan. Saat itulah budaya berhutang semakin meluas dan beragam modelnya.

Jadi apa penyebab jatuhnya ekonomi AS? tanya saya. Karena saya tahu teman ini periset hebat di perusahaan investasi di Hong Kong dan kini ditugaskan di Indonesia, tentu perspektifnya ingin saya ketahui. Menurutnya penyebab jatuhnya ekonomi AS adalah 1) Perubahan dan demograpis yang tidak menguntungkan (changing and unfavorable demographics).2) Meningkatnya biaya pendidikan dan buruknya kualitas sekolah menengah. (rising education costs and poor secondary school performance,)  3) Pertumbuhan ekonomi yang tidak melahirkan keseimbangan ( growing economic inequality). 4) Meningkatnya persaingan akibat globalisasi ( increased competition due to globalization) 5) Energi dan biaya lingkungan yang tinggi (energy and environmental costs and challenges,) 6) Tingginya tingkat konsumsi dan hutang pemerintah ( high levels of consumer and government debt.) Keenam penyebab itu bertumpu pada satu hal. Kata teman saya. Saya sempat terkejut. Apa satu hal itu? Budaya ! Jawabnya tegas. Ya merasa paling hebat dan ingin gampangan. Akibatnya siapapun merasa berhak bermimpi seperti apa yang dia mau. Budaya ini menjadi budaya individualis ,pragmatis, culas ,malas dan rakus. TIdak ada lagi budaya generasi pioneer bangsa AS yang mencintai proses berkembang secara alami lewat kerja keras. Yang ada adalah generasi cepat saji atau generasi instant .Tentu  hasilnya paradox

Bagaimana dengan Indonesia? Menteri keuangan mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi terbesar nomor dua didunia setelah China. Karena hanya Indonesia dan China yang masih mencatatkan pertumbuhan diatas 6%. Yang jadi masalah , menurutnya adalah indikasi tentang penyebab kejatuhan ekonomi seperti di AS sudah nampak di Indonesia. Benarkah ? tanya saya? Menurutnya AS ketika tahun 80an memang pertumbuhan ekonomi tinggi namun lebih dipicu oleh factor “permintaan” yang diciptakan pemerintah lewat kebijakan anggaran namun gagal memacu produkltifitas, dan pada waktu bersamaan kebijakan moneter membuat likuiditas banjir dan memacu orang untuk berkosumsi lewat berhutang. Sebagian besar barang konsumsi adalah import yang menekan neraca pembayaran. Ini adalah proses yang tanpa disadari membuat siapapun terlena .Yang pasti proses terjadi menuju kepada kejatuhan sistemik seperti di AS sekarang. Biasanya diawali krisis financial dan berlanjut menjadi krisis structural dan berujung pada krisis spiral,seperti jepang saat ini. 

Sudah saatnya pemerintah melakukan trobosan dengan merestruktur APBN agar semakin besar anggaran dialihkan perluasan investasi real dibidang infrastuktur ekonomi , perluasan akses permodalan bagi dunia usaha kecil dan menengah melalui revitalisasi venture capital,  revitalisasi Industri hulu dan memperkuat industry hulu didalam negeri agar menjadi trigger menciptakan industry hilir yang efisien. Karena Indonesia punya sumber daya Alam untuk menghasilkan down stream produk bagi kepentingan perluasan industry dan manufaktur. Dengan tumbuhnya industry down stream akan mendukung lahirnya supply chain yang kokoh untuk menjadikan indonesia sebagai pusat produksi kelas dunia. Tentu nilai tambah ekonomi nasional akan meningkat dan kesejahteraan akan semakin meluas. Semua itu belum terlambat untuk dimulai dari sekarang. jangan sampai pertumbuhan ekonomi tinggi itu justru membuat kita semakin terlena dan malas untuk berproduksi. Pertumbuhan tinggi tanpa melahirkan produksi real adalah racun bagi generasi yang akan datang. Generasi kini harus menanamkan budaya kerja keras kepada generasi mendatang dan tugas negara men design system agar semua orang terpacu untuk berproduksi.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.