Sunday, November 18, 2012

Israel VS Hamas

Dengan menunggangi isue Arab spring , AS dan israel berusaha ambil keuntungan untuk menciptakan kawasan Timur Tengah dibawah kendalinya dan sekaligus menyudutkan  perjuangan Palestina. Namun cara ini  memang tidak  seperti menggigit cabe yang langsung dapat dirasakan. Ia butuh proses. Israel maklum akan itu namun proses lambat ini tidak menguntungkan elite politik Israel yang ingin menyelesaikan masalah Palestina dengan cepat dan taktis.  Padahal rakyat Israel sebagian  besar mendukung masalah penyelesaian Palestina atau Arab –Israel melalui meja perundingan. Tapi bagaimanapun strategi untuk menarik rakyat memberikan dukungan atas nafsu perang tersebut harus ada. Maka Elite politik Israel mengatur strategi agar diserang terlebih dahulu. Provokasi terhadap Iran tidak berhasil membuat Iran terpancing.  Niat untuk menyerang Hizbullah di Libanon adalah beresiko tinggi. Karena sebelumnya Israel pernah dikalahkan oleh Hizbullah dan terpaksa keluar dari Libanon. Ketika itu Hizbullah belumlah sekuat sekarang dan tentu kini Hizbullah lebih hebat dibandingkan dengan dulu. Disamping itu , perang dengan Hizbullah akan merusak program perdamaian international. Pilihan jatuh kepada Hamas. Mengapa ? Israel ingin pengaruh Hamas di Palestina dihancurkan agar Fatah yang didukungnya ( termasuk Arab Saudi) dapat mendominasi kekuasaan di Palestina.

Dengan alasan perang terhadap teroris , angkatan Udara Israel melepaskan rudal kearah kendaraan Ahmed Jabari ( 46 tahun) yang sedang melaju dipusat Kota Gaza. Seketika Ahmed Jabari tewas. Hal ini memancing kemarahan Hamas karena Ahmed Jabari bukanlah orang sembarangan di Hamas. Ia adalah Kepala Sayap Militer Hamas Ezz El Dine Al Qassam. Setelah itu Hamas melepaskan rudah Fajr kearah Tel Aviv. Ini yang pertama kali dalam sejarah rudal menjangkau Tel Aviv. Serangan ini menimbulkan korban rakyat sipil dan tentu menimbulkan amarah rakyat  Israel untuk bangkit berperang. Inilah yang ditunggu oleh Elite Polik Israel untuk menaikkan citranya menjelang Pemilu yang sebelumnya citra mereka sudah rusak dihadapan Rakyat. Disamping itu , Israel berharap agar Obama lebih konkrit memberikan dukungan untuk penyelesaian soal palestina yang sesuai dengan agendanya demi Israel Raya. 

Dengan adanya perang dengan Hamas maka konplik diperbatasan Mesir itu terjadi dan memanas. Sesuai skenario Israel , Ini akan memancing Mesir untuk ambil bagian dengan politik adu domba Israel yang berniat menyerahkan Gaza kepada Mesir. Karena bagi Israel akan lebih menguntungkan  Gaza ada ditangan Mesir dan selanjutnya memisahkan Gaza dari Palestina sehingga tersisa Tepi Barat dibawah dominasi Fatah. Israel berkeyakinan bahwa Mesir akan mengikuti scenario ini sesuai Grand strategynya. Benarlah , dari Washington, Uni Eropa,  menaruh harapan besar kepada Mesir untuk ambil bagian penyelesaian konplik sesuai skenario israel. Bila scenario ini berhasil maka scenario serupa akan dilakukan terhadap Tepi Barat. Israel akan merakayasa alasan menyerang Tepi Barat untuk memancing Yordania ambil bagian dan menguasai Tebi Barat. Dengan demikian maka habislah wilayah Palestina sebagai bangsa yang merdeka. Agenda AS dan Israel yang ingin meintegrasikan Mesir, Israel, Yordania dalam satu front tercapai sudah.

Tetapi scenario yang dipersiapkan dengan matang itu ternyata tidak terlaksana dengan mulus.  Hamas tidak mudah dihancurkan secara militer. Justru perang ini mengakibatkan Hamas kembali berkiblat kepada Iran dengan meminta bantuan alat perang dan karena itu Brigade Al-Qassam, unit militer Hamas mampu melepaskan Rudal sampai ke Tel Aviv. Elite politik Mesir paska Mubarak yang naik berkat kekuatan Ikhawanul Muslimin ternyata tetap istiqamah untuk berada dibalik Hamas. Itu sebabnya Mesir tidak langsung beraksi sesuai agenda Israel. Mesir memilih untuk meminta kedua belah pihak melakukan gencatan senjata namun tetap membuka perbatasan di Rafah. Disamping itu perang saling lempar rudal ini semakin membuat panic rakyat Israel dan mereka mulai menolak upaya perang tuntas dan menerima upaya Mesir untuk melakukan gencatan senjata. AS dan Eropa tidak bisa berbuat banyak karena sedang dilanda krisis ekonomi. Nampaknya Elite Politik Israel menghadapi jalan tersulit untuk meraih cita citanya namun perjuangan Rakyat Palestina untuk merdeka penuh nampaknya juga tidak mudah apalagi sulitnya dipersatukannya Hamas dan Fatah.

Bagaimana sikap umat islam yang tergabung dalam OKI terhadap konplik ini ? Sudah saatnya OKI melupakan sejenak politik kepentingan global masing masing Negara. Saatnya para elite OKI mendorong terjadinya rekonsialisi antara Hamas dan Fatah untuk membangun kekuatan politik dan mempersatukan rakyat palestina; Rakyat yang ada di Gaza maupun di Tepi Barat harus diberi akses dan jangan ada lagi blokade agar mereka menjadi sebuah kesatuan; Negara OKI harus segera mengakui keberadaan Palestina yang tidak hanya berupa retorika diplomatic tapi tindakan nyata dengan menempatkan konsul di Tepi Barat dan Gaza; Negara OKI harus mendorong PBB agar segera mengendorsed Proposal Palestina sebagai State Observer; Seandainya ini ditentang oleh the Big Five PBB maka saatnya Negara OKI  melakukan isolasi segala akses Israel dan termasuk Negara mitranya terhadap komunitas Islam. Mungkinkah ? Keliatannya hampir tidak mungkin. Karena Negara OKI  atau Negara berpenduduk mayoritas islam, terlalu cinta kepada dunia dan lupa perlunya berjihad untuk kebenaran, kebaikan dan keadilan…

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.