Spencer Abraham adalah pria keturunan American-Arab,
bergama Islam , terpilih sebagai Gubernur Negara Bagian Michigan (AS). Juga ada
Mitchell Daniels, Jr yang muslim terpilih sebagai Gubernur Negara
Bagian Indiana (AS), Demikian sekilas apa yang terjadi dalam system demokrasi .Padahal
di kedua Negara Bagian itu mayoritas penduduknya adalah Kristen namun yang
terpilih adalah pemimpin yang bergama islam. Ahok ketika menjabat Bupati
Belitung Timur, 93 persen penduduknya adalah muslim tapi mereka memilih Ahok
yang bergama Kristen, Dihadapan pemilih , mereka adalah orang qualified. Rakyat
percaya dan merasa aman dipimpin oleh seseorang bukan karena symbol agama yang
melekat pada kopiah dan baju gamisnya tapi pada akhlaknya. Mungkin itulah salah
satu keunikan dari System demokrasi bahwa setiap orang siapapun dia berhak
dipilih dan memilih. Seharusnya ini disadari oleh para elite politik yang sudah
berbulat hati menetapkan demokrasi sebagai system untuk memilih orang terbaik
diantara yang baik untuk menjadi pemimpin.
Namun bagaimanapun politik selalu tidak
pernah konsisten. Apapun digunakan untuk menjadi pemenang. Walau semua elite
politik termasuk Partai Demokrat yang mengusung kampanye utama demokratisasi di
republic ini tetap saja tidak bisa menerima bila ada orang diluarnya bisa
tampil dipercaya oleh Rakyat. Mengapa bukan kami ? kira kira begitu pikiran
para Partai pendukung Foke dalam putaran Pilkada yang dikalahkan oleh
Jokowi. Umat islam harus cerdas meihat issue
yang berkembang proses menuju putaran kedua Pilkada DKI ini. Jangan mudah
terpancing oleh issue untuk menjadikan nilai nilai agama kita sebagai alat
untuk meraih kekuasaan dengan culas. Sejarah republic ini sangat kaya, betapa
para elite politik negeri ini berkali kali berdusta dan culas kepada perjuangan
Islam menegakkan syariat. Ta sedikit umat islam menjadi korban mati sia sia
karena bujukan para politisi namun setelah tujuan mereka tercapai, islam
kembali mereka musuhi. Piagam Jakarta dihapus. Para ulama dipenjara. Para
pejuang Islam didiskreditkan sebagai pencetus makar dan teroris. Banyak lagi
fitnah datang kepada Umat islam ketika mereka tidak lagi diperlukan untuk
tangga naik keatas.
Kalaulah benar bahwa ketulusan itu datang
dari hati nurani para Elite politik untuk menjadikan issue Islam demi mayoritas
penduduk , mengapa mereka tidak langsung
berbicara secara legislasi bahwa hanya mereka yang beragama islam yang berhak
dipilih( seperti Malaysia). Kemudian, buat lagi aturan bahwa hanya orang berakhlak tinggi diakui
oleh umat yang berhak menjadi pemimpin. Atau setidaknya seperti Iran yang
membentuk team Ahli ( Majelis Ahli ) yang berhak menentukan qualifikasi calon
pemimpin sesuai Al Quran dan hadith. Mengapa itu tidak dilakukan? Mengapa justru
mengangkat issue murahan agar memancing umat islam tertipu memilih mereka yang
jelas tidak pernah menghargai Islam sebagai platform bernegara. Saya teringat
ketika berbicara dengan salah satu pejabat di China, dia berkata, yang
berbahaya bukanlah agama sebagai platform tapi yang berbahaya adalah bila para
elite politik menipu rakyat dengan menggunakan dalil agama agar mereka
berkuasa. Ini bahaya. Karena bagi orang awam, agama itu adalah candu. Bisa
dibayangkan bila diancam soal candu maka mereka akan marah. Bila dibujuk dengan
candu mereka akan mengekor. Dan ini dipahami betul oleh pemain politik negeri
ini untuk mendapatkan simpati rakyat.
Umat islam sudah kenyang dengan pengalaman
masa lalu betapa para pemimpin yang membawa sarung dan topi haji ternyata
setelah berkuasa mereka tidak (atau lupa) memperjuangkan esensi agama demi tegaknya
kalimat Allah, untuk kebaikan, kebenaran, keadilan. Mereka larut dalam politik
pragmatis. Bahkan Departement Agama yang dipimpin oleh alumnus Santri dan
Universitas terbaik di Mesir, Arab malah menjadi tempat korupsi tertinggi di republic
ini. Bila Issue SARA yang kini mengemuka dalam upaya menjegal pasangan Jokowi-Ahok
untuk menjadi orang nomor satu di Jakarta dan nyatanya tidak mempengaruhi animo
rakyat untuk mendukung. Ini harus dijadikan
pelajaran berharga bagi Partai Islam atau para elite yang bergama Islam atau pejuang syariat islam. Bahwa
bila ingin pemimpin itu adalah orang beriman akan Allah dan Rasul, orang Takwa,
Orang Shaleh maka perbaikilah diri kalian terlebih dahulu. Perbanyaklah
spiritual social dengan karya nyata bagi rakyat, terutama bagi mereka yang
lemah. Buktikan bahwa akhlak kalian sebagai elite memang menentramkan untuk
lahirnya kemakmuran di republic ini. Islam is not about we are better than you. Islam is about " let me show you something that is better for you. Bila hal ini menjadi mindset baru kalian, maka tidak perlu issue agama untuk tampil sebagai pemenang dalam system demokrasi. Tidak perlu. Rakyat akan memilih kalian dan mendoakan dalam
kesabaran agar kalian bisa menunaikan janjinya. Itu saja.
LIhatlah fakta didepan. Jokowi yang tak
pernah bersarung dan berkopiah haji (walau sudah naik haji ) dan tak pandai
pidato membawa ayat al Quran serta hadith berbahasa Arab tapi mampu membuktikan spiritual
sosialnya sebagai pemimpin. Juga , Ahok yang bukan pemeluk agama islam namun
ketika dia menjadi Bupati Belitung Timur justru dia pendukung utama
terbangunnya banyak masjid di Belitung Timur. Dari kedua pasangan ini, bukan
kata kata seribu janji yang tak tunai tapi karya nyata yang sudah dirasakan
oleh rakyat. Jadi bila issue agama tetap dijadikan cara untuk menjatuhkan
pesaing, maka yakinlah , itu akan jadi bahan tertawaan rakyat. Apalagi yang
menyampaikan itu adalah elite yang jelas munafik dalam perjuangan menegakkan
syariat islam.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.