Kebanyakan orang China menilai kemajuan negaranya didasarkan dua pandangan, seperti kata mereka ” andaikan tidak ada revolusi kebudayaan di China, mungkin China tidak akan sebesar sekarang.”, tapi ada juga yang berkata , andai tidak ada revolusi Deng, China tidak akan mencapai kemajuan seperti sekarang ini”. Dua pandangan ini saling mendukung. Revolusi kebudayaan China era Mao, berhasil berbuat yang tak mungkin diselesaikan dengan akal sehat. Reformasi ekonomi Deng, berhasil berbuat yang mungkin diselesaikan dengan akal sehat. Tanpa upaya Mao, tanpa upaya yang tidak sesuai dengan akal sehat, Deng tidak mungkin mampu membangun china dengan akal sehat. Inilah yang sulit dipahami oleh orang luar ketika belajar atas kemajuan China sekarang, seperti yang dilakukan oleh Komite Ekonomi Nasional yang berkunjung ke China baru baru ini.
Ketika revolusi kebudayaan, Mao melakukan restruktur mindset bangsa China. Melalui propaganda sistematis, revolusi kebudayaan mendorong rakyat untuk membersihkan segala pemnyakit kebudayaan China, Penyakit itu diantaranya adalah feodalisme. Suatu paham yang memperbodoh yang bodoh dan menjajah yang lemah. Program kerja paksa dalam rangka brainwashing terhadap mereka yang bermental feodal, sepeti intelektual, orang kaya. Para pejabat yang hidup senang dengan kekuasaan tak luput dari program brainwashing ini. Dengan cara inilah, Mao berhasil menjadikan mayoritas rakyat china melek hurup dan angka. Membangun insfratruktur ekonomi rakyat yang berbasis pada pertanian. Melakuan landreform secara nasional dengan marampas tanah milik para tuan tanah dan membagikannya kepada rakyat. Pada waktu bersamaan rakyat dipaksa untuk bekerja keras memacu produksi dan memberikan pemasukan kepada negara. Memang korban nyawa melayang tak terbilang.
Selama Revolusi kebudayaan, orang luar bilang china dalam kegegelapan..padahal senyatanya justru china sedang membangun obor raksasa yang tak kunjung padam. Ketika mereka membuka diri,dunia terkejut. China terang benderang, tak ada satupun yang tak nampak, tak ada satupun yang tak tersentuh program pembangunan. Deng melanjutkan sesuatu yang dipersiapkan oleh Mao dengan baik. Deng memang mewarisi segala infrastruktur ekonomi yang dibangun era Mao tapi yang lebih besar manfaatnya bagi kemajuan china adalah lahirnya masyarakat baru China dari puing puing kebobrokan China lama. Deng mewarisi China baru untuk bangkit menghadapi dunia baru. Peradaban baru yang sesuai dengan akar budaya china yang cinta kebersamaan dan gotong royong, kerja keras dan loyal kepada pemimpin serta orang yang lebih tua.
Strategi pembangunan China sekarang tidak ada yang istimewa. Hampir semua universtitas mempelajari itu. Seperti cara china menerapkan strategi pembangunan sesuai pontesi wilayah, Indonesia pernah menerapkannya ketika era Soeharo, yang dikenal dengan program pengembangan potensi wilayah. Pembangun Zona khusus ala China, Indonesia pernah terapkan seperti Batam. Penguatan sektor pertanian dan informal yang didukung industri besar ala china, dulu era Soeharto pernah ada yang disebut dengan kemitraan strategis antara UKM dengan BUMN /Usaha besar lewat dukungan permodalan, pemasaran dan tekhnologi. Penggalangan produksi dalam negeri berorientasi eksport dan pasar dalam negeri ala china, dulu era Soeharto sudah ada denga dibentuknya kementrian khusus produk dalam negeri dan Badan Pengembangan Ekport National
Apa yang diperbuat China dalam membangun adalah ilmu nyata dan bisa dipelajari dengan mudah. Tapi mengapa China dapat melakukan itu semua dengan sempurna. Sementara negara lain nampak tidak begitu berhasil dan ada juga yang terseok seok langkahnya. Jawabnya adalah China mampu melakukan sesuatu yang paling sulit di ikuti oleh negara lain. Apa itu?. Revolusi kebudayaan!. Suatu tindakan revolusioner membakar budaya feodal, materialisme, menjadi budaya kebersamaan, gotong royong untuk tujuan bersama , dengan prinsip masyarakat tanpa kelas dan penguasaan negara untuk kepentingan luas rakyat. Selama revolusi kebudayaan, terjadi transformasi dari elite penguasa menjadi elite pelayan rakyat. Dari rakyat yang nrimo menjadi rakyat yang agresip ber produksi. Singkatnya revolusi kebudayaan adalah hjrah bangsa china dari kegegelapan budaya yang menjerat kemajuan menjadi budaya emansipasif , egaliter dan responsip. Tentu diawali oleh para pemimpinnya.
Untuk menjadikan itu semua, Mao harus ikhlas disebut orang tidak waras. Dan memang pada akhirnya merubah budaya brengsek yang terlanjur permissive mejadi benar sesuai hukum moral , diperlukan pemimpin yang kuat dan siap dibilang tidak waras karena melakukan cara cara tidak sesuai dengan akal sehat menurut perspektif intelektual feodal. Ya, kita merindukan pemimpin yang tidak hanya bicara aspek tekhnis membangun tapi juga pemimpin yang tahu bagaimana melakukan hijrah nasional dari bangsa yang nrimo, korup, malas, follower, menjadi bangsa kreatif, amanah, berakhlak , berilmu, dan bertakwa kepada Allah. Untuk itu tidak penting harus kehilangan citra atau dicap gila oleh mayoritas yang terlanjur brengsek.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.