Ceritanya sederhana saja. Dia bilang kepada anggota Dewan bahwa ada investor asing yang mau membeli saham BUMN. Dia juga meyakinkan bahwa harga saham itu akan dibeli setelah IPO dengan harga “ sekian”. Orang senayan lantas menghitung kemungkinan harga logis dari BUMN itu. Ketika menghitung harga logis ini , diapun memberikan data fundamental dari BUMN itu. Data itu lengkap dengan financial analisis dari sang fund Manager. Biar keliatan bonafide ( dipercaya ) maka fund manager itu berasal dari anak perusahaan BUMN juga yang bergerak dibidang Securities Company. Hitung punya hitung, maka harganya ternyata hanya 30% dari harga yang akan dibeli oleh Investor asing. Artinya bila BUMN itu jadi IPO maka ada yield sebesar tiga kali lipat dari harga perdana IPO. Keuntungan sudah keliatan didepan mata. Uang sudah menari nari didepan mata.
Orang senayan ini memang butuh dana untuk kegiatan politik , apalagi mana ada pemilu pakai uang Mbah Marijan, Tentu butuh lembaran kertas yang bertuliskan Bank
Tapi
Tugas orang senayan berikutnya mendatangi Partainya. Dia meloby petinggi partai untuk menekan orang partai yang ada di cabinet. Sosialisasi politik lendir ini dilakukan dengan sangat intensip dan melibatkan kalangan ahli dibidang pasar uang dan pasar modal. Orang yang duduk dikabinet mulai memerintahkan kepada BUMN untuk IPO, lengkap dengan analisa kemungkinan harga IPO. Legitimasi proses IPO dilakukan oleh BUMN lewat standard procedure yang berlaku di Bursa. Semua nampak transfarance. Pada waktu yang dirasa tepat maka IPO dilaksanakan. Ketika IPO, jangan harap investor local atau orang awam bisa mendapatkan jatah sesuai permintaan. Penjatahan diatur oleh Fund Manager untuk sekedar meyakinkan saham di beli oleh investor retail. Padahal sebagian besar saham sudah dikuasai oleh investor abal abal yang terhubung dengan group konspirasi ( agent dari investor asing ).
Kita ambil contoh soal KS , harga perdana Rp. 850 perlembar dengan total saham dilempar sebanyak 3,15 milyar atau senilai Rp. 2,975 Triliun. Bayangkan kalau saham yang dikuasai oleh group konspirasi ini sebesar 40% saja dengan kenaikan harga saham sebesar Rp. 500 ( sesuai kesepakatan dengan investor asing ) maka uang yang masuk kedalam kantong group konspirasi ini bisa mencapai.Rp. 1,2 triliun. Dahsyat,
Dengan itu semualah dana politik dikumpulkan untuk menjadi amunisi bertarung dalam pemilu yang akan datang. Uang ditebar untuk rakyat yang bodoh dan tolol agar kembali memilih mereka. Itulah cerita tentang teman yang kaya raya ,yang kerjanya hanya “ngemong orang senayan”. Katanya dia hanya dapat fee sebesar 2%. Hitunglah berapa dia dapat ? Ini cara mudah untuk kaya raya di era system yang brengsek, ya kan.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.