Thursday, January 7, 2010

Pasar Bebas China-Asean

Framework Agreement on Comprehensive Economic Co-operation between The Association of Southeast Asian Nations and The People's Republic of China (AC-FTA) ditandatangani pada tanggal 4 November 2004 di Phnom Penh, Kamboja oleh para Kepala Negara Asean dan China. Kemudian menyusul di tanda tanganinya India (Asean-India Free Trade Agreement) bersamaan dengan pertemuan menteri ekonomi negara anggota Asean di Bangkok. Kedua perjanjian ini berlaku efektif pada awal 2010. Bagaimanakah kesiapan pemerintah terhadap FTA ini ? Apakah kita sudah punya design untuk menjadi petarung gagah berani menghadapi raksasa China ?

Publik tidak begitu mengkawatirkan soal FTA India – Asean tapi lebih mengkawatirkan keberadaan FTA China-Asean. Mengapa ? China dikenal sebagai negara yang memiliki pengusaha tangguh merebut pasar dan sekaligus berproduksi. Dengan AS dan Eropa saja China memiliki daftar panjang kecurangan dagang seperti praktik dumping, transshipment, pelanggaran HaKI, tidak memenuhi standar, pemalsuan komposisi produk manufaktur, hingga kandungan bahan berbahaya dalam produk. Tapi itu semua tidak menghalangi produk China tersu mebanjiri pasar AS dan Eropa , yang juga masuk juga ke Indonesia.

Sejak FTA 2004 ditanda tangani maka pada bulan juli tahun 2005 Harmonisasi tarif dalam skema itupun dimulai. Akibatnya nyata sekali. Pada tahun 2004 neraca perdagangan China Indonesia masih surplus USD 75 juta namun tahun 2005 terus difisit dan kemudian sampai tahun 2008 difisit sudah mencapai US$7,16 miliar. Apa yang akan terjadi tahun tahun kedepan ? dimana mulai tanggal 1 januari 2010 tarif BM sebanyak 6.682 pos tarif yang mencakup 17 sektor industri akan dihapus-menjadi 0%-melalui skema normal track 1 (NT 1). Bayangkanlah !

Yanga saya ketahui , China sejak tahun 2005 sudah melakukan persiapan untuk memasuki era FTA ini. Penurunan Pajak Export , Mempermudah skema kredit export, Lendreform agraria agar petani China sama dengna petani Asean, meng Nol kan pajak hasil pertanian. me restrukture hutang UKM agar efisien dan Menurunkan suku bunga perbankan , Me revitalisasi sistem dan jaringan pemasaran diseluruh Asean. Propaganda menyeluruh untuk cinta produksi dalam negeri. Semua itu dilakukan by design dan dilaksanakan dengan sungguh sungguh. Tapi kita, tidak ada upaya yang serius selama lima tahun belakangan ini untuk me redesign dunia usaha kita. Kita sibuk urus politik dan komplik yang membosankan. SBY harus tegas menghentikan semua komplik ini dan memaksa semua focus untuk menghadapi era FTA ini. Harus !

Teman saya yang juga Importir Textil dan Garmen termasuk yang bersenang hati dengan FTA ini karena dia tidak perlu lagi harus bayar upeti ke Bea Cukai untuk urus barang import nya masuk dari China. ” Dengan Bea tinggi dan Upeti petugas, kita masih bisa untung dan bersaing jual apalagi sekarang bebas bea. ” Demikian katanya dengan tersenyum. Tapi saya membayangkan apa yang akan terjadi bagi industri tektil dan Konveksi pakaian jadi yang umumnya home industry. Mereka harus siap siap gulung tikar. Pesimisme dapat dimengerti karena apa pun trade off (imbal balik) yang diberikan China dalam FTA ini, tetap saja industri lokal tak mampu mengalahkan kekuatan Sang Naga ini dalam perdagangan international.

Walau sangat mengkawatirkan namun keadaan ini tentu ada hikmahnya kalau kita mau jeli. Bahwa dengan adanya FTA ini memaksa China untuk lebih transfarance dan mematuhi ketentuan yang sudah ditetapkan. Pemerintah juga masih punya hak untuk melindungi Industri dalam negeri dalam kuridor saling menguntungkan dengan China. Skema inilah yang sebetulnya akan sangat menguntungkan bagi dunia usaha di Indonesia agar China bukan hanya menjual barangnya ke Indonesia tapi juga melakukan kegiatan investasinya di Indonesia dengan mitra lokal untuk memenuhi pasar dinegara asean lainnya juga di China sendiri. Disamping itu pemerintah masih punya hak untuk menentukan format perlindungan bagi dunia usaha yang berhubungan dengan hak orang banyak.

Semua sudah menjadi kesepakatan yang final. Namun tidak perlu terlalu kawatir dan akhirnya membuat kita menjadi bangsa yang lembek. Memang kita terdesak. Ini harus dijadikan momentum yang tepat bagi bangkitnya darah entreprenurship untuk lebih creative. Juga memaksa pemerintah harus punya design yang jelas dan comprehensive untuk membangun sektor riel yang kokoh. Dan yang lebih penting lagi adalah semangat gotong royong dan cinta produksi dalam negeri bukan lagi sebagai pemeo tapi sudah menjadi keharusan agar kita menjadi tuan dinegeri kita sendiri. Karena itu juga penyebab mengapa industri China unggul dan efisien –- Output produksi yang besar karena didukung oleh pasar dalam negeri yang luas dan loyal, akibatnya cost production per unit jadi murah—

Keep strong..

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.