Thursday, December 17, 2009

Price ?

Apakah yang membentuk harga ? secara tradisional harga terbentuk karena adanya permintaan riil. Dari sinilah terjadi transaksi permintaan dan penawaran dalam bentuk harga. Tapi di era sekarang harga bukan hanya ditentukan oleh mekanisme tradisional tapi sudah masuk kewilayah yang tak ada hubungannya dengan aktivitas riil. Jadi ada dua jenis permintaan dalam suatu komoditi yaitu (1) permintaan fisik di mana sisi riil perekonomian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan (2) permintaan investasi untuk bergeraknya asset dilantai bursa sebagai bagian dari monetery system global.

Pada saat sekarang data metal di London Metal Exchange (LME) , dimana persediaan untuk logam meningkat tajam selama kurun waktu 20 tahun.. Almunium meningkat 75% ,Nikel naik 6%, seng meningkat 6 kali sejak awal krisis suprime 2007, Lead meningkat lima kali lipat pada periode yang sama. Atau rata rata dalam dua puluh tahun telah terjadi peningkatan persediaan sebesar 70%. Begitupula dengan minyak. Lihatlah apa yang terjadi kini. Seharusnya ketika stok tinggi harga menurun.Tapi kenyataannya yang terjadi adalah harga logam rebound. Ini sebagai suatu fakta bahwa kenaikan harga dunia lebih disebabkan oleh tinggi permintaan investasi dibursa, bukan permintaan riil.

Para pemain bursa percaya akan create price untuk mendulang yield besar. Juga tak jelas apakah benar persediaan itu juga riil. Tapi ini hanyalah maya yang diangkat dari kemungkinan masa depan. Dari created inilah harga bergerak naik sesuai apa yang pemain inginkan. Para pemain ini terdiri dari lembaga keuangan kelas dunia dan fund manager handal. Didukung oleh money broker terlatih dan system clearing settlement yang canggih. Akhirnya memaksa orang lain percaya akan harga tersebut. Ini akan terus bergerak naik. Dari metode seperti ini tidak ada manfaat yang berdampak langsung bagi kegiatan produksi riil. Para buruh dan petani tetap mendapatkan upah yang tidak mungkin naik sama dengan kenaikan harga komoditi. Ini hanya mempertebal kantong para pemain.

Cobalah hitung berapa asset riil perusahaan tambang batu bara yang ada di Indonesia dan bandingkan dengan surat hutang serta nilai saham yang dijual dibursa. Anda akan terkejut, nilai asset rielnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan hutang dan nilai sahamnya dibursa. Mengapa ini bisa terjadi ? karena ketika saham dan obligasi dilepas dibursa maka yang dijadikan dasar menghitung adalah future atas provent reserve ( cadangan deposit yang tersedia ) dan indicate resource ( Sumber deposit yang tereka). Ini masih didalam perut bumi namun sudah tercatat sebagai persediaan setelah melalui securitisasi asset. Orangpun menjadikan ini bagian dari persediaan yang mempengaruhi harga batu bara.

Yang kita sedihkan adalah keberadaan system keuangan global sekarang ini memberikan ruang bagi tumbuh suburnya rekayasa harga dan persediaan dibursa. Ini adalah sistem yang sangat culas. Jadi sama dengan kenaikan harga dan persediaan apartement di Jakarta tidak berkaitan dengan kekurangan kebutuhan apartement. Apakah kenaikan harga produk pertanian sekarang ini menyiratkan kurangnya produk pertanian ? Ini semua adalah permainan dilantai bursa. Tak mungkin bisa dipahami oleh petani dan buruh. Mereka hanya sadar bahwa harga kebutuhan sehari sehari semakin meningkat dan tak pernah turun lagi.Sementara nilai uang semakin jatuh untuk memastikan upah riil mereka dirampas oleh system yang culas.

Memang kini arena bermain tak lagi dibidang surat berharga pasar uang tapi sudah bergeser kepada pasar komoditi dengan derivative covertable bond berbasis harga future saham dibursa. Hanya soal waktu, cara ini pasti akan berakhir pada kejatuhan seperti kisah Enron dan Lehman Brothers. Hanya soal waktu...semoga ini disadari oleh pengambil kebijakan negeri kita untuk lebih berhati hati atas perusahaan tambang yang mencoba melakukan raising fund lewat modus operandi seperti ini. Juga lebih baik kita tidak usah terlibat dalam kegiatan investasi saham maupun obligasi berbasis tambang dan komoditi. Saatnya untuk menggunakan produk koperasi syariah yang lebih adil dan riil

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.