Saturday, June 6, 2009

System Eknomi ?

Ketika neoliberal dikoreksi lewat intervensi negara, ketika sosialisme dikoreksi lewat intervensi pasar oleh kapitalisme, maka sesungguhnya dalam putaran waktu selama era pencerahan terbukti sudah bahwa konsep secular memang impotent untuk mensejahterakan rakyat. Yang terjadi kini adalah system gado gado. Memilih yang baik dan membuang yang buruk tapi sebetulnya yang baik dan buruk itu sendiri berada diwilayah abu abu. Makanya tak ada system yang sesungguhnya baik melainkan sebuah upaya ekperiment politik untuk menjadi pemangsa.

Itulah sebabnya Hatta sebagai bapak pendiri bangsa ini bersama sama dengan intelektual dibidang ekonomi, budaya, social ketika mendirikan republic ini sampai pada satu kesimpulan tetang ekonomi pancasila. Apapun konsep ekonomi itu harus berbasis kepada kekuatan kolektif bangsa untuk melahirkan keadilan dbidang ekonomi untuk mencapai masyarakat sejahtera. Bagi Hatta ada tiga pilar kekuatan ekonomi yaitu Koperasi, PT Persero) dan BUMN. Ketiga ini harus menjadi kekuatan kaki segitiga untuk menopang bangun ekonomi bangsa melawan segala bentuk kekuatan asing yang ingin menguasai Indonesia melalui neocolonialism.

Bagi Hatta, Rakyat yang lemah akan ilmu, modal serta pasar harus diperkuat keberadaannya. Caranya adalah menggunakan kekuatan budaya dan agama. Maka koperasi dinilai tepat untuk basis ekonomi rakyat. Ini adalah kekuatan kolektif rakyat untuk mengurus dirinya sendiri dalam memenuhi permintaan dan penawaran dbidang barang, jasa maupun modal. Wilayah ini harus dikawal ketat oleh negara agar tidak sampai dimasuki oleh kekuatan PT ( kapitalis ) maupun BUMN. Keberadaan PT dan BUMN harus menjadi sinergi bukan aneksasi. Buknakah tugas negara melindungi komunitas mayoritas, apalagi mereka tergolong lemah.

Bagi yang mempunya kemampuan ilmu , modal serta tekhnologi yang besar, diberi kesempatan untuk tampil menciptakan laba secara sendiri sendiri ( CV) atau kelompok ( Firma atau PT), Wilayah ini dimungkinkan terjadinya akumulasi modal ( tabungan dan pasar modal , pasar uang ) dan kompetisi. Tujuannya agar dapat dilahirkan distribusi ( barang, modal ) dan tekhnologi yang efisen. Tugas negara menjaga wilayah ini agar terjadi persaingan yang sehat untuk menghindarkan monopoli , oligopoly dan lain sebagainya yang dapat mengganggu kekuatan ekonomi rakyat.

Sementara sarana dan prasarana ekonomi meliputi jalan, jembatan, kerata api, pelabuhan Listrik, Air Bersih, Pendidikan, Kesehatan ( rumah sakit ), Telekomunikasi, industri strategis yang berhubungan dengan Industri hulu harus dikuasai oleh negara melalui BUMN. Karena wilayah ini menuntut resiko management yang tinggi untuk tercapainya peran sebagai penyangga ekonomi nasional atau sebagai public Service obligation ( PSO). Peran sosialnya sangat tinggi untuk mendukung kekuatan ekonomi rakyat ( koperasi ) dan Swasta (PT, CV, Firma ) makanya negarapun ( BUMN) diberi hak untuk menguasai seluruh sumber daya alam seperti MIGAS, Sumber daya Mineral dan lain sebagainya.

Sebetulnya konsep segitita sebagai pondasi ekonomi nasional ini telah dituangkan dalam UUD 45 . Walau diungkapkan dengan bahasa philosopyi hukum namun uraian tekhnisnya sangat luas. Berbagai buku tentang Ekonomi Pancasila ini ditulis oleh Hatta, Kemudian para pengikutinya seperti Sri Edi Swasono ( menantu Hatta ) , Mubyarto juga mendedikasikan hidupnya mengkampanyekan tentang ekonomni Pancasila. Bahkan dijadikan bacaan wajib bagi mahasiswa fakultas ekonomi. Jadi adalah bohong besar bila Ekonomi Pancasila ini tidak modern. Terjadinya bias ekonomi pancasila dan akhirnya melahirkan system kapitalisme karena ketidak sabaran para elite poltik untuk mendidik rakyat yang sebagian besar masih terbelakang dbidang pendidikan. Mereka ingin cepat melesat seperti negara lain walau untuk itu harus mengorbankan semua resource demi mendapatkan capital ( hutang ) membangun negeri.

Jadi system ekonomi kapitalisme yang memberikan peran seluas mungkin bagi modal untuk berpartisipasi disemua sector termasuk privatisasi BUMN dan sumber daya alam, tak lebih karena jebakan hutang dalam APBN. Makanya yang merasa terjebak selalu bilang tidak ada system ekonomi yang seratus persen liberal atau sosialis. Semuanya abu abu. Padahal sejatinya kita sudah punya system ekonomi yang tepat , berakar dalam semangat budaya kebersamaan. Tapi tak ada yang mau mengakui ini secara jujur untuk melakukan koreksi total demi cita cita pendiri bangsa ini. Yang nampak mengetahui persis permasalahan ini adalah PRABOWO. Akankah...? Alangkah indahnya bila SBY-Budiono yang menyadari ini karena mereka didukung oleh partai Islam.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.