Tuesday, March 3, 2009

Forum Ekonomi Islam

Di negeri Belanda, tiga puluh akhli ekonomi terkemuka telah menandatangani penolakan keras terhadap sytem kapitalisme dengan pasar bebasnya. Ini diberitakan di Koran bergengsi. Kemudian hasil pemilu dari negara ex Unisoviet , Eropa Timur , menunjukan kemenngan partai sosialis. Bahkan di Eropa Barat, partai sayap kiri mendapatkan perolehan suara yang mencengangkan dalam Pemilu. Di Amerka Latin, gerak sosialisme semakin mendapatkan tempat , bahkan revolusi neososialisme menjadi fenomena baru bagi negara ketiga, dimana penguasaan resource negara untuk kesejahteraan rakyat diatas segala galanya. Ide ide sosialisme mulai bangkit kembali ketika rakyat sadar bahwa keadilan social semakin buruk sejak system kapitalisme diperkenalkan.

Fenomena sosialisme atau neososialisme belakangan ini tak lebih dari kelanjutan perang dingin. Ketika kapitalisme jatuh maka otomatis sosialisme bangkit untuk menggusur.Tapi sebetulnya dua system ini tak sesungguhnya sebuah idealisme yang bisa diterapkan. Terbukti dalam sejarah , kedua paham ini hanya melahirkan tiran. Sosialis pada akhirnya melahirkan tiran partai lewat elite politik. Paham kapitalise , melahirkan tiran pemodal lewat elite politik. Kedua duanya menjadi alat untuk berkuasa dan menguasai, yang menjadi tujuan adalah penguasaan sumber sumber ekonomi. Jadi dua duanya sama saja , karena rakyatlah yang menjadi korban. Negara hanya sebagai legitimator dan regulator untuk berjalannya system kekuasaan.

Dari perseteruan dua system ini, kita asik saja membahas berbagai tesis untuk menjinakan capitalism dan socialism. Padalah kedua system ini tak pernah bisa dijinakkan. Ia menciptakan kelas. Lantas dimanakah idealisme yang mungkin itu. Walau tak sepenuhnya ideal namun sebagai sebuah contoh yang terlupakan dengan berbagai dalih, itu adalah Iran. Inilah negara yang berusaha melakukan koreksi system demokrasi ala barat, dimana azas negara dipegang oleh pemuka agama yang dipilih berdasarkan keilmuan dan akhlak. Sementara kekuasaan menjalankan roda pemerintahan dipilih berdasarkan pemilu langsung oleh rakyat. Dua kamar kekuasaan ini dapat saling melengkapi dan menjaga keseimbangan untuk mencapai kesempurnaan dari kelemahan system demokrasi.

Iran tidak berbicara soal sosialis atau kapitalis. Tapi dia berbicara soal keadilan dan hak rakyat berdasarkan nafas Islam. Bagi rakyat yang memiliki kemampuan financial , Iran tidak sepenuhnya sosialisme ketika mendorong mereka untuk berkompetisi agar tercipta kreatifitas dan efisiensi. Namun menjadi sangat sosialis ketika memberikan akses kepada rakyat miskin menguasasi resource negara lewat berbagai kebijakan pro rakyat miskin. Perpaduan bagi mereka yang kuat dan yang lemah tercipta dalam keharmonian.Karena landasan idiologi negara bahwa semua harta dan kepintaran hanya diperuntukan kepada Allah, sebagai cara untuk beribadah semata. Itulah sebabnya pendidikan akhlak yang digerakan oleh para mullah berhasil memperkuat kebersamaan dilakalangan rakyat, tanpa rasa curiga satu sama lain atau tanpa iri mengiri. Hal ini sangat membantu pemerintah dalam melancarkan program kemandirian disegala bidang demi tegaknya amanah rakyat.

Dalam forum ekonomi islam sedunia (World Islamic Economic Forum) seharusnya para negara islam menjadikan Iran sebagai icon untuk tampil mandiri tanpa harus meniru system lain yang secular. Ide iran untuk membangun clearing center oil trading berbasiskan syariah ,harusnya didukung penuh agar tak lagi terjebak oleh perdagangan ilusi system kapitalis yang membuat bubble price. Disamping itu agenda untuk membangun clearing banking settlement untuk bank syariah dikalangan negara islam harus dijadikan issu utama , agar negara islam tidak lagi terjebak dengan aturan secular yang ditetapkan oleh Bank international for settlement. Dengan kekuatan resource yang dimiliki oleh negara islam didunia, hal ini tidaklah sulit. Apalagi dalam islam tidak dikenal exclusivity. Siapapun negara, apapun agamanya, boleh menggunakan system moneter islam asalkan tunduk dengan ketentuan syariah Islam.

Selagi Negara islam masih mengacu dengan Bank International for Settlement untuk system perbankannya maka bank syariah tak lebih hanyalah sebuah nama tanpa ruh islam yang mengharamkan system riba dan perdagangan ilusi pasar uang. Maka retorika yang mengemuka dalam forum tak lebih ajang kampanye untuk membujuk negara islam yang kaya agar melempar likuiditasnya kedalam pasar uang obligasi AS dan Eropa yang haus kucuran dana. Kalau ini yang terjadi maka negara islam sudah berperan menegakkan benang basah, membela kesalahan untuk masuk kedalam lubang masalah yang lebih besar dimasa depan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.