Krisis keuangan di AS , setelah dana talangan disetujui maka selanjutnya kiris merembet kewilayah pasar modal. Rating saham GM terkoreksi tajam akibat menurunnya rating. Wallstreet terjengkang. Kemudian diikuti oleh Pasar modal di negara lain. Belum lagi diperkirakan akan menyusul gelombang berkutnya dengan lebih 100 bank di AS siap untuk masuk program penyehatan karena gagal bayar CDS. Di German , Bank West juga sudah koma dan terpaksa di nasionalisasi oleh pemerintah lewat program penyelamatan. Inggeris juga sudah melempar dana kepasar lebih Euro 50 billion untuk menjaga likuiditas. Selanjutnya, akibat dari dana talangan dan kolepsnya lembaga keuangan di AS, maka hypeinflasi akan mulai membayangi walau Fed dan G8 siap melakukan coordinasi memerangi inflasi lewat penurunan suku bunga namun tidak akan mampu menghadapi situasi yang ada.
Keadaan kedepan dunia dihadapkan oleh krisis keuangan yang panjang sampai terjadi market adjustment dan dalam waktu bersamaan krisis disektor riel sebagai akibat kelebihan suplai barang menjadi mimpi buruk bagi macan asia seperti India, China, Korea, Jepang, Taiwan. Belum lagi pengaruh akibat menurunnya nilai asset USD cadangan devisa negara negara didunia. Gabungan krisis moneter dan sector riel tak dapat terelakan akibat kebijakan sirkus dimasa lalu. Pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan keseimbangan dan ketergantungan antar negara diudnia pada akhirnya mendulang masalah dengan terdulasinya reputasi negara sebagai pengawal stabilitdas.
Keadaan semakin parah dimana setiap ada krisis selalu ada saja pihak yang ingin memancing di air keruh. Sepertinya bukan rahasia umum lagi bila ada rencana untuk program penyelamatan atau talangan maka perusahaan yang setengah sehat akan langsung menyatakan tidak sehat agar mendapatkan bantuan. Belum lagi bisnis turunannya yang juga ikutan bankrupt untuk menghindar dari kewajiban dengan pihak lain alias force majeur. Diluar itu, ada juga bermunculan petualang baru yang menggunakan sentiment negative keadaan untuk menarik untung lewat system yang dibenarkan oleh otoritas namun sebetulnya culas alias perampok terselubung. Seperti misalnya transaksi short selling ,Repo, Marking the close, Painting the tape, create price melalui akusisi, merger, dll. Wash Sales, Insider Trading
Imbas dari pelepasan portfollio saham besar besaran yang dipegang oleh investor dibursa akan menjatuhkan harga saham dan semakin mendorong derasnya laju penarikan dana dibank. Mata uang akan melemah dan likuiditas akan semakin mengetat . Sementara pemilik dana berlebih akan memadati rekening off balance sheet system pada Offshore Financial Center sambil menunggu timing yang tepat. Kapan saatnya mereka bergerak tak ada yang tahu namun selagi otoritas masuk dalam wilayah idealisme untuk mengawal pasar maka selama itupula pemodal spekulan besar akan berpaling. Pertarungan antara pihak pemuja liberalisme pasar dan pengendalian pasar, akan semakin mempersulit upaya menciptakan keseimbangan global.
Sebetulnya dalam menghadapi suatu krisis memang diperlukan ketenangan.Dalam tenang tanpa emosi orang akan dapat melihat akar masalah secara jernih. Apa masalahnya dan bagaimana mengatasinya ? Masalahnya sudah nampak dan hanya butuh kekuatan nurani untuk bersikap dalam tenang. Lepas dari semua tekanan kepentingan lain kecuali konsisten untuk mencapai tujuan ideal. Apakah ideal itu ? Focus kepada kepentingan mayoritas penduduk yang tak mempunyai akses kepada permodalan atau likuiditas perbankan. Caranya adalah Pertama , tidak usah dipikirkan masalah likuiditas mengetat. Tidak perlu ada intervensi menjaga likuiditas perbankan. Selama ini likuiditas banjir , tetap saja tak mengalir ke lingkungan mayoritas penduduk. Kedua, biarkan saham bursa rontok dan tidak perlu ada intervensi pemerintah. Bukankah selama ini para pemain merasa diuntungkan oleh system pasar modal yang ada. Kalau sekarang mereka masuk kubangan ya itu sudah hukumnya. Berani untung yang harus siap tersungkur. Free entry , free fall.!
Bagaimanapun lancarnya likuiditas perbankan dan hebatnya indek pasar modal , tetap tidak ada artinya bagi nelayan dan petani , UKM yang merupakan komunitas terbesar dingeri ini. Mengapa pemerintah harus berpusing dan beresah hati untuk membela segelintir orang. Soal rupiah anjlok, tidak usah dipikirkan. Karena toh rupiah kuatpun, petani dan nelayan serta kumpulan wajah muram digubuk reot tak mendapatkan maafaat apapun. Jadi apa yang tidak boleh diarkan ? Ya , saatnya berpaling kepada kekuatan mayoritas. Focus untuk membela kaum yang selama ini terabaikan karena berbagai regulasi yang propasar bebas ( neoliberal). Jangan ada lagi pembelaan dalam bentuk apapun kepada pemodal yang selalu ingin berlindung dari kerugian dan sombong ketika beruntung.
Saya teringat ketika satu hari terjadi dialogh dengan salah seorang professor di China, tentang “apakah Neoliberalisme itu?”. Sang professor tidak merespons cepat apa yang saya tanya. Tapi saya melihat ekspresi wajahnya yang murung. Matanya memerah menahan geram. Tapi akhirnya dibalik geramnya itu dia berkata “Neoliberalisme adalah teori yang paling brengsek dari ekonom tolol, kebodohan penguasa yang buta masalah sosial, , bencana besar manajemen politik melebihi bencana alam dan menciptakan perbudakan secara systematis dimana uang sebagai tuan diatas segala galanya."
Penyelesaian masalah krisis dinegeri kita harus melalui pendekatan moral budaya dan agama. Seperti ungkapan Robert Bala Alumnus Universidad Pontificia de Salamanca dan Universidad Complutense de Madrid "Agama selain bagai elang (águila) yang terbang dengan idealisme spiritual yang tinggi untuk mencapai kesempurnaan pribadi, tetapi juga membumi bagai induk ayam (gallina) yang terlibat secara etis pragmatis dalam keseharian." Kalau proses ini dijalani, impian akan surga sudah akan terwujud kini dan di sini.
Keadaan kedepan dunia dihadapkan oleh krisis keuangan yang panjang sampai terjadi market adjustment dan dalam waktu bersamaan krisis disektor riel sebagai akibat kelebihan suplai barang menjadi mimpi buruk bagi macan asia seperti India, China, Korea, Jepang, Taiwan. Belum lagi pengaruh akibat menurunnya nilai asset USD cadangan devisa negara negara didunia. Gabungan krisis moneter dan sector riel tak dapat terelakan akibat kebijakan sirkus dimasa lalu. Pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan keseimbangan dan ketergantungan antar negara diudnia pada akhirnya mendulang masalah dengan terdulasinya reputasi negara sebagai pengawal stabilitdas.
Keadaan semakin parah dimana setiap ada krisis selalu ada saja pihak yang ingin memancing di air keruh. Sepertinya bukan rahasia umum lagi bila ada rencana untuk program penyelamatan atau talangan maka perusahaan yang setengah sehat akan langsung menyatakan tidak sehat agar mendapatkan bantuan. Belum lagi bisnis turunannya yang juga ikutan bankrupt untuk menghindar dari kewajiban dengan pihak lain alias force majeur. Diluar itu, ada juga bermunculan petualang baru yang menggunakan sentiment negative keadaan untuk menarik untung lewat system yang dibenarkan oleh otoritas namun sebetulnya culas alias perampok terselubung. Seperti misalnya transaksi short selling ,Repo, Marking the close, Painting the tape, create price melalui akusisi, merger, dll. Wash Sales, Insider Trading
Imbas dari pelepasan portfollio saham besar besaran yang dipegang oleh investor dibursa akan menjatuhkan harga saham dan semakin mendorong derasnya laju penarikan dana dibank. Mata uang akan melemah dan likuiditas akan semakin mengetat . Sementara pemilik dana berlebih akan memadati rekening off balance sheet system pada Offshore Financial Center sambil menunggu timing yang tepat. Kapan saatnya mereka bergerak tak ada yang tahu namun selagi otoritas masuk dalam wilayah idealisme untuk mengawal pasar maka selama itupula pemodal spekulan besar akan berpaling. Pertarungan antara pihak pemuja liberalisme pasar dan pengendalian pasar, akan semakin mempersulit upaya menciptakan keseimbangan global.
Sebetulnya dalam menghadapi suatu krisis memang diperlukan ketenangan.Dalam tenang tanpa emosi orang akan dapat melihat akar masalah secara jernih. Apa masalahnya dan bagaimana mengatasinya ? Masalahnya sudah nampak dan hanya butuh kekuatan nurani untuk bersikap dalam tenang. Lepas dari semua tekanan kepentingan lain kecuali konsisten untuk mencapai tujuan ideal. Apakah ideal itu ? Focus kepada kepentingan mayoritas penduduk yang tak mempunyai akses kepada permodalan atau likuiditas perbankan. Caranya adalah Pertama , tidak usah dipikirkan masalah likuiditas mengetat. Tidak perlu ada intervensi menjaga likuiditas perbankan. Selama ini likuiditas banjir , tetap saja tak mengalir ke lingkungan mayoritas penduduk. Kedua, biarkan saham bursa rontok dan tidak perlu ada intervensi pemerintah. Bukankah selama ini para pemain merasa diuntungkan oleh system pasar modal yang ada. Kalau sekarang mereka masuk kubangan ya itu sudah hukumnya. Berani untung yang harus siap tersungkur. Free entry , free fall.!
Bagaimanapun lancarnya likuiditas perbankan dan hebatnya indek pasar modal , tetap tidak ada artinya bagi nelayan dan petani , UKM yang merupakan komunitas terbesar dingeri ini. Mengapa pemerintah harus berpusing dan beresah hati untuk membela segelintir orang. Soal rupiah anjlok, tidak usah dipikirkan. Karena toh rupiah kuatpun, petani dan nelayan serta kumpulan wajah muram digubuk reot tak mendapatkan maafaat apapun. Jadi apa yang tidak boleh diarkan ? Ya , saatnya berpaling kepada kekuatan mayoritas. Focus untuk membela kaum yang selama ini terabaikan karena berbagai regulasi yang propasar bebas ( neoliberal). Jangan ada lagi pembelaan dalam bentuk apapun kepada pemodal yang selalu ingin berlindung dari kerugian dan sombong ketika beruntung.
Saya teringat ketika satu hari terjadi dialogh dengan salah seorang professor di China, tentang “apakah Neoliberalisme itu?”. Sang professor tidak merespons cepat apa yang saya tanya. Tapi saya melihat ekspresi wajahnya yang murung. Matanya memerah menahan geram. Tapi akhirnya dibalik geramnya itu dia berkata “Neoliberalisme adalah teori yang paling brengsek dari ekonom tolol, kebodohan penguasa yang buta masalah sosial, , bencana besar manajemen politik melebihi bencana alam dan menciptakan perbudakan secara systematis dimana uang sebagai tuan diatas segala galanya."
Penyelesaian masalah krisis dinegeri kita harus melalui pendekatan moral budaya dan agama. Seperti ungkapan Robert Bala Alumnus Universidad Pontificia de Salamanca dan Universidad Complutense de Madrid "Agama selain bagai elang (águila) yang terbang dengan idealisme spiritual yang tinggi untuk mencapai kesempurnaan pribadi, tetapi juga membumi bagai induk ayam (gallina) yang terlibat secara etis pragmatis dalam keseharian." Kalau proses ini dijalani, impian akan surga sudah akan terwujud kini dan di sini.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.