Tuesday, August 12, 2008

Rusia dan AS

Perang terbuka terjadi antara Georgia dan Rusia. Dunia terkejut. AS bereaki, juga negara Barat. Bahkan banyak yang kawatir komplik ini akan menyulut terjadinya perang dunia ke tiga. Maklum saja perang ini sarat dengan kepentingan politis bagi dua kekuatan penguasa hulu ledak nuklir. Rusia dan AS. Komplik ini adalah rentetan dari adu kekuatan geostrategis untuk menguasai energi. Rusia , China , Iran China, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Uzbekistan, India, Pakistan dan Afganistan ( Islam garis keras melawan hegemoni AS) mempunyai kepentingan dalam proyek bersama untuk menguasai daerah Balkan ini. Juga karena karena hubungan historis dan cultural .Bagi AS, Wilayah Balkan ini taruhan segala galanya untuk menguasai sumber energi di Asia Tengah.

Awalnya pada 6 Agustus, tentara Georgia membombardir
Ossetia Selatan dengan tujuan merebut kembali kontrol di provinsi, yang ingin bergabung dengan Ossetia Utara, di Rusia. Dua wilayah ini dipisahkan dengan garis perbatasan Rusia-Georgia. Provinsi separatis di Georgia ini didominasi etnis Ossetia. Provinsi tersebut juga berusaha menggusur etnis Georgia yang tinggal di Ossetia Selatan. Dua hari setelah itu tanggal 8 agustus , Rusia bereksi keras dengan menyerang wilayah Georgia. Tentu tujuannya mem bantu kelompok separatis Ossetia Selatan. Pesawat tempur Rusia juga membombardir hingga hancur Poti, kota pelabuhan di Laut Hitam yang menjadi depot minyak. Rusia juga membombardir kota Gori di wilayah Georgia.

Bagi Rusia , Georgia dan Ukraina adalah sangat penting untuk lalu lintas minyak Rusia ke Eropa Barat. Sementara Georgia dan Ukraina yang tadinya adalah pecahan dari ex Soviet dan kini merupakan negara yang mendapatkan dukungan penuh dari AS. Bagi AS dan Eropa , kepetingannya sangat besar di wilayah ini karena sebagai lintasan pipa minyak Eropa Barat. Pengelola pipa ini adalah konsorsium Inggeris dan AS, yaitu BP . Pipa minyak membentang dari Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC) sejauh 1,770km (1,100 Mil ) yang menyalurkan sehingga 1 juta barel minyak sehari dari Baku di Azerbaijan ke Yumurtalik, Turki dan akan diangkut ke kapal tanker untuk dikirim ke Eropa dan AS. Sekitar 249km melintasi Georgia, dengan 55km melalui Ossetia Selatan.

Keberadaan jaringan pipa ini merupakan bagian rencana geostrategis besar AS dan Barat untuk mendapatkan pengaruh di negara-negara bekas wilayah Uni Soviet, sejak adikuasa ini bubar pada tahun 1991. Strategi AS tampaknya punya tiga tujuan utama. Pertama, memastikan pintu masuk dunia Barat pada cadangan energi di wilayah Kaspia dan Asia Tengah. Kedua, mengurangi pengaruh Rusia di wilayah bekas Uni Soviet Selatan, serta ketiga meningkatkan demokrasi di negara-negara kawasan, yaitu dari Georgia di ujung Barat sampai Kirgizia yang berbatasan dengan Cina. Wilayah ini sampai disebut pipastan, karena begitu besarnya cadangan energi yang ada.

Pipa minyak BTC tentu saja membawa manfaat ekonomi langsung. Secara hitungan ekonom, Azerbaijan dan Georgia untuk pertama kalinya akan bebas dari ketergantungan terhadap Rusia. Melalui terminal minyak di Ceyhan, Turki juga akan bisa memetik keuntungan. Sedangkan perusahanan-perusahaan minyak terkait akan bisa mengeruk keuntungan besar sebagai imbalan investasi milyaran dolar. Negara tetangga Kazakhstan, juga akan memetik hasil dari keberadaan pipa BTC itu. Azerbaijan terbukti tidak mampu menghasilkan minyak dengan memadai sehingga bisa mengambil keuntungan dari jaringan pipa BTC. Jadi minyak dari Kazahkstan juga akan segera dipompa ke Laut Tengah.

Sementara itu, pemasangan jaringan pipa ini juga bersamaan dengan meningkatnya pengaruh militer Amerika Serikat di Azerbaijan. Di bawah pimpinan AS sekarang dibentuk Garda Kaspia. Secara berbeda-beda pelbagai juru bicara pemerintah AS menggambarkan garda ini. Sebagai satuan anti teror, tetapi juga sebagai satuan yang bertugas mengamankan ladang minyak di Kaspia dan jaringan pipa minyak BTC dari kemungkinan serangan musuh.Terlebih lagi, Amerika Serikat telah menempatkan satuan-satuan militernya di Azerbaijan termasuk di tiga bekas pangkalan Uni Soviet. Namun bukan kepentingan akan cadangan minyak dan gas Laut Kaspia saja yang turut memainkan peran di sini, tapi juga kenyataan bahwa Iran terletak di sebelah Selatan Azerbaijan. Hal yang masih mengganjal adalah keberadaan militer Rusia di Azerbaijan dalam bentuk pos radar dan penyadap di Qabala, Azerbaijan Utara.

Komplik ini sudah lama memanas dan kini mencapai puncaknya. Yang pasti Rusia tidak menginginkan Geopolitik dan Geostrategis dimasuki oleh kekuatan AS dan Barat. Kalau Barat mengecam Rusia mencampuri urusan dalam negeri Georgia sebetulnya AS dan Barat sudah lebih dulu melakukan intervensi ke Georgia ( bahkan seluruh daerah Balkan ) tapi tidak menggunakan senjata melainkan dengan kapitalisme atau neocolonialism. Walau AS dan Barat penyokong demokrasi diwilayah ini namun terjadi penangkapan kelompok oposisi menentang kehadiran AS dan Barat terus saja terjadi. Demokrasi hanya dipakai kedok untuk melancarkan kepentingan kapitalis menganeksasi sumber daya alam negara lain. Itulah yang sebenarnya terjadi.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.