Monday, May 12, 2008

Sejarah ekonomi dan Islam

DENGAN menggunakan tanda-tanda pada setiap zaman dalam sejarah perekonomian atau idealtypus yang diperkenalkan oleh Max Weber, diuraikan tiga zaman perekonomian. Tiga zaman yang berdasarkan teori yang dicetuskan oleh Werner Sombart adalah Eigenwirtschaft, Handwerk, dan Kapitalisme. Zaman Eigenwirtschaft ditandai dengan manusia memproduksi sendiri barang-barang kebutuhan dan belum ada pertukaran barang. Dengan kata lain belum ada aktivitas yang bersifat ekonomi. Zaman kedua, yakni Handwerk ditandai dengan dimulainya aktivitas ekonomi berupa proses produksi dan pertukangan. Dan terakhir, Zaman Kapitalisme, aktivitas ekonomi berkembang dengan penggunaan kapital. Pada masa sebelum kapitalisme, aktivitas ekonomi berdasarkan pada cita- cita untuk nafkah hidup.. Tujuan ini kemudian berubah di masa kapitalisme, di mana perekonomian benar-benar untuk mendapatkan keuntungan.

Kapitalisme, diperkenalkan oleh Karl Marx sekitar abad 19—seorang pendiri komunis—(Wallace C. Peterson, 1997: 1) adalah suatu sistem produksi yang didasarkan pada hubungan antara kapital dengan tenaga kerja. Pemilik modal (kapital) memiliki hak penuh terhadap apa yang dimiliki. Maka dalam kapitalisme ada individual ownership, market economy, competition, and profit (W. Ebenstein, 1980: 148-151). Kepemilikan pribadi (misalnya alat-alat produksi, tanah, perusahaan, dan sumber daya alam), sistem pasar adalah sistem yang dipakai sebagai dasar pertukaran barang dan jasa, serta tenaga kerja menjadi komoditi yang dapat diperjual belikan di pasar dalam kapitalisme. System ini , peran modal sangatlah besar, bahkan pemilik modal bisa menguasai pasar serta menentukan harga dalam rangka mengeruk keuntungan yang besar. Industrialisasi bisa berjalan dengan baik kalau melalui kapitalisme. Fernand Braudel pernah menyatakan bahwa “kaum kapitalis merupakan spekulator dan pemegang monopoli yang berada dalam posisi untuk memperoleh keuntungan besar tanpa menanggung banyak resiko. Setelah dunia benar-benar memasuki era kejayaan kapitalisme atau disebut dengan Zaman Kapitalisme Raya, aktivitas dan struktur ekonomi berubah sama sekali. Mengejar keuntungan menjadi tujuan yang tak mengenal batas. Unsur rasionalisme, industrialisasi, perkembangan pasar yang sudah tak mengenal kendala waktu dan jarak, menjadi beberapa tanda perkembangan perekonomian di masa kejayaan kapitalisme.

Krisis perekonomian yang dialami Indonesia merupakan cipratan dari krisis dunia dan bersifat abadi. Pada tahun 1930-an krisis perekonomian serupa menimpa Indonesia ( hindia Belanda) akibat gelombang resesi dunia dengan ditandai rontoknya bursa New York tahun 1929. Keadaan tersebut sama seperti yang terjadi ketika tahun 1998. Perusahaan-perusahaan gulung tikar, keterpurukan perbankan dan bursa, laju inflasi yang tinggi, angka pengangguran meningkat hingga menyangkut soal peningkatan tindak kriminal, menjadi "warna" abadi krisis sepanjang masa. Ada dua fenomena berkaitan dengan krisis , yaitu krisis dan konjunktur. Krisis itu sendiri sudah ada sejak jaman dahulu kala , sedangkan konjunktur ( dalam bahasa latin artinya memghubungkan ) adalah suatu gejala yang baru muncul seabad yang lalu dan semata mata berhubungan dengan kapitalisme. Konjunktur itu ibarat graphic , dia kadang naik dan kadang turun.

Albert Aftalion, menyebutkan , konjunktur, "saudara dekat" krisis yang baru muncul sejak era kapitalisme, memiliki wajah sendiri. Ditinjau dari hebat dan lamanya krisis, kerasnya guncangan, sedikit atau banyak dampak kelanjutannya, tiap-tiap masa konjunktur memiliki ciri masing-masing. Dengan kata lain, meski setelah melihat krisis yang telah terjadi sebelumnya orang dapat memprediksi kapan bisa terjadi krisis lanjutan, tetap saja seberapa besar dampak dan di mana garis depresi akan muncul, tidak dapat diduga. Yang dapat diduga hanyalah, setelah melalui masa konjunktur naik, pasti akan terjadi krisis. Sebaliknya, sesudah depresi, akan mengalami masa konjunktur naik kembali. Waktu edaran atau masa konjunktur, berlangsung selama waktu tujuh hingga sebelas tahun, atau tepatnya sebelas hingga tujuh tahun. Semakin lama masa konjunktur semakin cepat. Dalam hal ini, Karl Marx dalam Das Kapital yang menyatakan bahwa waktu berlangsungnya konjunktur semakin lama semakin singkat. Hal ini senada yang disampaikan oleh ahli ekonomi Gustav Cassel.

Pada satu edaran konjunktur, ada masa naik dan masa turun atau depresi . Pada saat naik, ada enam fenomena yang terjadi, yaitu kenaikan harga barang dengan cepat, terutama harga besi, batu bara, mesin, rumah dan kapal; kenaikan keuntungan secara cepat; peningkatan produksi besi dan batu bara; banyak perusahaan baru didirikan; kurs surat-surat berharga naik secara cepat dan masa berspekulasi meningkat; dan terakhir, barang-barang perdagangan besar pertambahannya. Pada saat depresi, dikatakan, terjadi kebalikannya. Sejarah depresi dunia terjadi selama tahun 1822-1913. Selama hampir seabad, terdapat dua masa gelombang turun (tahun 1822-1842 dan tahun 1874-1894) serta dua masa gelombang naik (tahun 1843-1873 dan 1895-1913). Masa gelombang turun pada tahun 1874-1894 inilah yang dikenal dengan masa the great depression. Kemudian, dibandingkan dengan masa depresi yang terjadi pada tahun 1930-an, memang belum berusia selama masa the great depression. Namun, depresi yang terjadi pada tahun 1930-an ini akan berlangsung lebih lama lagi dan lebih dahsyat lagi. Alasannya, , karena seluruh dunia ditimpa krisis pada tahun 1930-an tersebut. Pengaruh masa the great depression hanya benar-benar dirasakan sebagian besar di negara-negara Eropa ketika itu. Gejala great depression seperti tahun 1930 an , kini mulai nampak sejak tahun 2007...

Jadi ,krisis maupun konjunktur memanglah "penyakit" yang dibawa setelah dunia masuk ke era kapitalisme. Negara-negara yang menggantungkan sepenuhnya pada dunia industri yang sudah pasti akan mengandalkan keberlangsungan usaha pada permodalan, akan rentan terhadap krisis maupun konjunktur. Untuk itu, sektor- sektor yang sifatnya tidak membutuhkan modal tinggi untuk berusaha harus dipertahankan, seperti industri kecil dan pertanian seperti kata Friedrich Aereboe seorang ahli ekonomi pertanian yang menyatakan tentang persekutuan (kooperasi) di sektor pertanian adalah cara tepat untuk unggul dalam putaran waktu dari segala gelombang resesi. Inilah konsep ekonomi yang bernafaskan islam. Dimana manusia bukan hanya sebagai pelaku ekonomi dan sosial tapi lebih daripada itu adalah makhluk spiritual. Apapun yang dilakukan manusia didunia bukanlah bertujuan untuk mengejar kekayaan tapi menjalani proses bekerja sebagai bagian dari misi spiritualnya untuk kemakmuran semua ((Q.S. al-An’am/6: 175; Hud/11: 61) dan ini semua diyakini sebagai tanggung jawab dihadapan ALlah ( (Q.S. al-Qiyamah/75: 36). Kegiatan itu dimanefestaikan dalam ujud kesediaan berbagi atas segala karunia Allah (potensi alam ) dan menggunakannya untuk kepentingan orang banyak tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan ( Q.S. al-Syu’ara/26: 183). Ini semua tidak lepas dari misi manusia terlahir kedunia untuk dan hanya karena beribadah kepada Allah (Q.S. al-Kahfi/18: 110).

Makanya Islam berlawanan dengan kapitalisme, dimana harta benda ( uang ) yang dimiliki seseorang dari hasil kerja keras tersebut tidak akan menimbulkan hak-hak istimewa untuk menentukan harga dan pasar. Walaupun untuk itu , tidak mengurangi fitrah manusia dan sunatullah yang mengharuskan manusia untuk bekerja keras dan menimba ilmu untuk mencapai tujuannya sesuai dengan misinya. Oleh karenanya , Islam melarang menumpuk-numpuk harta benda ( deposito, tabungan, stock, tanah ) dan tidak memanfaatkannya atau menelantarkannya. Islam tidak menginginkan adanya penumpukkan asset tanpa difungsikan sebagaimana mestinya, karena hal ini dapat menimbulkan spekulasi dan mematikan roda ekonomi. Penumpukkan asset yang menimbulkan spekulasi harga karena permainan (demand and supply ) dengan maksud supaya terjadi kelangkaan resource di pasar, sehingga harga /bunga akan tinggi, dapat menimbulkan kesengsaraan,penderitaan rakyat sangat dilarang oleh Islam. Itulah sebabnya apapun yang menimbulkan berlebihan hukumnya adalah haram dan pendapatan yang menimbulkan orang lain dirugikan adalah juga haram.

Hal tersebutlah yang tidak pernah ada dalam system kapitalisme. Akibatnya , Supply yang tinggi menimbulkan spekulasi dan deplasi. Demand yang tinggi menimbulkan inflasi. Kedua duanya tinggi maka berakibat resesi. Kekayaan menimbulkan individualisme dan kerakusan, kemiskinan menimbulkan kriminalitas dan kerusakan lingkungan. Kapitalisme terbukti gagal menciptakan kemakmuran dan kestabilan dan sosialisme gagal menghargai hak individual . Memang apapun system yang dibangun ,tidak akan dapat menyelesaikan masalah ditengah dunia yang carut marut. Sejarah peradaban modern membuktikan itu. Padahal Islam telah memberikan pelajaran berharga melalui Alquran dan Hadith untuk mengelola kehidupan lebih baik , damai sejahtera, berkesinambungan. Tapi kita terlalu sombong dengan akal dan pengetahuan kita hingga melupakan kitab mulia dari sang maha pengurus... ALLAH

1 comment:

  1. Innalillahi wa innnailaihi rojiun, ungkapan ini bukan untuk ungkapan duka bila ada orang yang meninggal, namun bagaimana ungkapan itu menjadi pedoman manusia yang hidup yang dituntun kesadaran, bahwa petunjuk Allahlah yang terbukti benar, persoalannya adalah bagaimana mengartikulasikan petunjuk yang tertuang pada Qur'an kedalam konteks kekinian. Kecerdasan itulah yang sekarang dibutuhkan. wass

    ReplyDelete

Note: Only a member of this blog may post a comment.